Powered By Blogger

Cari Blog Ini

Selasa, 27 November 2012

PSIKOLOGI AGAMA “PSIKOLOGI DAN AGAMA” Oleh Jalaluddin Rahmat


PSIKOLOGI AGAMA
“PSIKOLOGI DAN AGAMA”
Oleh Jalaluddin Rahmat

PSIKOLOGI AGAMA
“Aku telah menemukan rahasia alam semesta dan bertemu dengan arwah pendahulu ilmun sosial dan humaniora. Aku tuliskan diskusiku dengan mereka menjadi kitab sebagai proyek membangun masyarakat baru. Namun tidak tiska ada yang mengikuti jalanku. Aku menderita depereasi berat,sampai ada keinginan untuk bunuh diri. Disaat aku tenggelam dalam perasaan bersalah, aku terkejut mendengan suara ”jadilah pengobat”. Suara itu memberi panggilan hidup dan bangkit sembuh. Aku menimba ilmu di Pascasarjana Jurusan Psikologi, aku belajar pada Shaman dan Dukun India di Ojai.”
            David Lukoff dianggap sebagai ”One Of The Leader Of The New Spiritually Attuned Psikologi”. Dia dan rekannya berusaha memahami jiwa dengan peengalaman spiritual. Tahun 60-an psikosis dianggap perilaku mennyimppang, jiwa sama sekali tidak dibicarakan. Ada tanggapan yaitu “Pandangan Dunia” angkatan pertama psikologi: behaviorisme. Sampai sekitar 1970-an pandangan baku dalam psikiatri yang dianggap skizofrenia dan diakibatkan oleh pengalam masa kecil yang traumatis.
Bersangkutan dengan motif tak  sadar dan terutama seks, inilah angkatan kedua psikologis: psikoanalisis. 20 tahun berikutnya teori-teori psikoanalisis mulai ditinggalkan dan beralih  ke neurokimiawi. Namun pasien meenjadi teerabaikan dalam pengalaman spiritualnya. Sehingga kesembuhannya mengalami hambatan besar.
Suara protes banyak muncul dari para psikiater. Kata Laing, psiosis bukanlah ”breakdown/ kehancuran”, tetapi “breakthrough/ terobosan .” Laing adalah tokoh ankatan ketiga: psikologis humanisti eksistensial, kemudian bermetamorfosis melahirkan angkatan keempat: psikologi trangpersonal.
Perkembangan konsep spiritual dalam psikologis sebagai latar belakang kemunculan konsep kecerdasan (SQ).
BEHAVIORISME
            Inilah aliran ilmu jiwa yang tidak yang tidak peduli pada jiwa dan dimulai dari Pavlov pada akhir abad ke-19. Psikologi adalah sains dan sain hanya berhubungan dengan apa saja yang dapat diamati. Psikologi bukan merupakan ganggua kejiwaan, melainkanperilaku yang menyimpang (maladaptive beehavior) akibat pelaziman (conditioning) yang terus menerus.
            Tahun 1914 seorang mahasiswa Pavlov melaporkan kejadian yang aneh dan luar biasa. Dia telah melazimkan seekor anjing untuk mampu membedakan lingkaran dari elips. Hasilnya ajing tidak dapat membedakan keduanya. Perilaku anjing menjadi berubah menjadi pemberang dan galak, anjing menderita ”neurosis eksperiental” Manusia akan menderita penyakit yang sama bila dia berhadapan dengan situuasi sters yang tidak dapat diatasi. Untuk mengobatinya lakukan saja pelaziman yang baru  yaitu kontrapeelaziaman ”copunterconditional.”
            Perilaku maladtif juga terjadi karena pelaziman yang menimbulakan perasaan negatif, depresi, kecemasan, atau penderitaan. Manusia tidak lagi dipandang sebagai makhluk pasif yang tunduk pada lingkungan. Kini giliran behaviorisme dimodifikasi dalam bentuk psikologi kognitif. Metfora manusia tidak lagi mesin, pengolah informasi dan pemecah maslah namun memperhatikan, menafsirkan, mengolah dan menggunakan informasi.
            Behaviorisme dikritik keras karena, pertama, ia gagal memasukan data dari pengalaman subjektif idividu seperti kesadaran diri yang sangat berarti baginya; kedua, ia gagal menjelaskan dimensi perilaku manusia yang lebih kompleks, seperti cinta, keberanian, keimanan, harapan, dan putus asa; ketiga, ia gagal secara keseluruhan, memahami masalah nilai dan makna dalam eksistensi manusia. Keempat, ia gagal mengatasi masalah pengarahan diri.
Psikoanalisis (Depth Psycology)
            Ini mencari sebab-sebab perilaku manusia pada dinamika jauh pada dirinya, pada alam tak-sadarnya. Sigmun Freud adalah bapak mazab ini,  seorang neorolog yang hidup di Wina akhir abad ke-19. Freu menghipnotis pasiennya untuk mengilangkan gejala-gejala histerisnya dan mengembalikan memori yang terlupakan. Perilaku yang tampak atau tidak tampak disebabkan peristiwa mental sebelunnya.
            Pada masa kanak-kanak, kita dikendalikan sepenuhnya oleh id. Tahap ini berlaku proses berfikiryangdisebut Freud sebagai primary process. Anak tidak dapat membedakan antara yang real dan tidak real serta tidak mampu menekan implus. Jika anak tidak memperoleh botol susunya, dia akan menghisap ibu jarinya. Anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa, ego sudah berkembang. Mereka mengikuti berpikir proses kedua, secondary process thinking. Walaupun tidak memenuhi kebutuhannya. Orang dewasa sesekali berpikir proses pertama, Jika pola berpikir anak-anak ini menguasai orang dewasa terjadilah perilaku abnormal.
Kata Danah Zohar, lebih satu abad kemudian, proses pertama EQ, kedua, IQ dan proses ketiga, SQ. SQ inilah yang menghubungkan rasio dan emosi, pikiran dan tubuh. Super ego hanyalah menyerap nilai-nilai dari orang tua dan masyarakat, sedangkan SQ secara kreatif menciptakan nilai-nilai baru. Psikonoalisis klasik tampak sangat lemah, ia mampu menjelaskan penyakit psikis akibat luka lama dari masa kecil, tetapi bisu ketika menderita karena kekosongan eksistensial dan kebingungan memberikan makna. Menurut freud, tujuan psikoanalisis adalah mengurangi derita neurotis menjadi ketakbahagian yang biasa ”not a particularly inspiring or ennobling goal for human existence” (Cortright, 1997).
            Carl Gustav Jung kecewa dengan tujuan psikoanalisis dan mengecam Freud karena penekanan yang berlebihan pada seksualitas. Psikologi harus membantu manusia untuk menyambungkan dirinya dengan kedua alam tak sadar.Jung menyebut individuation sebagai pengintegrasian the collective unconscious dalam kesadaran individu. The collective unconscious dilanjutkan melalui arketipe (archetypes),bentuk dan cinta universal yang terdapat pada mitos dari berbagai kebudayaan. Sebagaimana insting mengatur tindakan sadar secara teratur dan seragam, arketipe mengatur anggapan sadar secara sistematis dan seragam.
”The colective unconscious membentuk arketipe (bentuk universal), psyche dan mengorganisasikan peengalaman psikologis. Kesehatan psikologis yaitu kemampuan memasukan arketipe memasuki dan memberikan bentuk pwngalaman psikologis dari pikiran, perasaan, dan tindakan kita. Derita dan tekanan psikologis muncul karena hanya mampu menganilisis beberapa arketipe hingga dapat membatasi jati diri dan perasaan. Kekayaan pengalaman dari perasaan, kreatifitas, spontanitas kehidupan tidak dapat merasuk dalam dirinya. Pusat arketipe psyche adalah the self (diri).
Jung percaya the self diketahui diketahui secara tidak langsung, dengan pengarahan dan bimbingan melalui simbol mimpi dan citra. Ketika psyche mengalami individuasi bergerak, citra mitos, dan simbolis yang baru muncul pada ego. Reorganisasi terjadi pada ego sadar dan kedalaman artikepal.”
”Menuurut Jung, ego berkembang pada paro pertama dan mulai merasaterasingkan pada usia 35-45 tahun. Separo kehidupan kedua perhatian berpudat pada batin dan muncul hal baru pada paro kehidupan pertama. Akibat tidak mau mendengar gerakan batiniah akan berdampak pada psikis, kekosongan dan alienasi.” Pembagian kehidupan pada dua paro pagi dan petang. Tahap pertama, pre egoic yaitu masa pra oedipus ketika ego dikuasai the collective unconscious. Tahap kedua, pada pagi hari kehidupan, ego dewasa melepas diri. Tahap ketiga, pada sore hari kehidupan, ego kuat kembali ke the collective unconscious.
“Kehidupan spiritual itu kehidupan memilih jalan hidup yang melintasi konvensi-konvensi sosial, moral, religius, politis dan filosofis. ’Anak-anak yang sejati’ Tuhan adalah berani melanggar konvensi dan mengambil ’jalan curam dan sempit’ menuju dunia yang tak diketahui. Menurut Jung ini disebut ’vactory’ berpisah dengan kelompok dan mengorbankan siri untuk memenuhi ’panggilan’. Mentaati hukum dan mendengar bisikan ruhnya yang terdalam his inner spirit (Fuller,1994, h. 104).” Dia akan mengalami neeurosis dan terlambat perkembangan kesadarannya jika tidak mau mendengar suara batinnya.
Ferud menulis surat kepada Jung yang berkonsep sinkroniotisi,  dengan menyatakan bahwa pengalaman spiritual itu tidak penting. Jung malah menjadi populer dengan kehadiran psikolosi transpersonal.
PSIKOLOGI HUMANISTIS
            Ini muncul pada peertengahan abad ke-20, sebagai reaksi terhadap behaviorisme dan psikonalisis. Karena dianggap manusia sebagai mesin (mahluk yang rendah). Perintisnyya adalah Abraham Maslow,”dengan sedikit menyederhanakan, kita dapat menyatakan bahwa Freud seakan-akan memasok kita dengan separo psikologi yang sedikit, dan kita sekarang harus mengisi dengan separo lainnya yang sehat” (Maslow 1968). Alih-alih dia meeneliti manusia yang sakit agar tetap termotifasi di dalam kehidupan, dalam situasi dan kondisi apapun. Pengalaman Viktor Frankl pada perang duni ke-2 di dalam kamp konsentrasi Nasi banyak pengalaman dan mendengar keluhan dari tahanan. ”Mengapa semua ini bisa terjadi padaku? Mengapa aku harus menanggung derita ini?”
Ada pula yang berpikir, ”Apa yang harus ku lakukan dalam situasi mencekam seperti ini?”. ini umumnya berakhir dengan kematian atau berhasil lolos dari lubang jarum kematian. Hal yang membedakan keduanya adalah kebebasan memilih makna. Frank menentang Freud ketiaka dia menganggap dimensi spiritual manusia sebagai percampuran dari insting hewani. Dengan landasan fenomenologis, Frankl membantah keduanya menjelaskan perilaku manusia akibat proses fisikis biasa dia mengembangkan teknik fsikoterapi yang di sebut logoterapi (logos = makna). Logoterapi memandang manusia sebagai keseluruhan dari tiga dimensi : fisik, fsikologis, dan spiritual.
”Dimensi spiritual di sebut Frank sebagai  NOOS, yang mengandung semua sifat manusia seperti keinginan, imajinasi, keimanan dll. Di dalamnya terkandung kekuatan untuk melangkah keluar dan memandang diri kita dan transendensi diri. Dalam dunia spirit kita adalah pemandu, pengambil keputusan. Reserfoir kesehatan ada pada setiap orang apapun agama dan keyakinannya. Ada beberapa teknik untuk mengungkap makna, tetapi ada lima situasi ketika makna terbesit di luar dan mengubah jalan hidup kitagar tersusun dengan baik lagi.
Pertama, makna kita temukan ketika kita menemukan diri kita (self discovery). Kedua, makna itu muncul ketika ketika kita menentukan pilihan. Ketiga, makna ditemukan ketika kita merasa istimewa, unik, dan tak tergantikan, oleh orang lain. Keempat, makna terbesit dalam tanggung jawab. Kelima, makna muncul ketika situasi transendensi/ pengalaman spiritual ”pengalaman yang membawa kita ke luar dunia fisik, kel luar pengalaman kita yang biasa keluar suka dan duka kita, ke konteks yang lebig luas”, penggabungan dari yang keempat.
Dengan cepat melewati Maslow, yang menyebut pengalaman ini sebagai peak experience atau plateau, kita meloncat pada angkatan keempat.
PSIKOLOGI TRANSPERSONAL
Menurut Maslow, pengalaman keagamaan adalah peak experience, plateau, dan farthest reaches of human nature, sehingga psikologi dianggap belum sempurna.
Dia menulis, “I should say also that consider Humanistic, Third Force Psycology, a transpersonal, dll. Ini hanya melanjutkan pemikiran Jung dan Frankl, yang berusha menggabungka tedisi psikologi dengan trasisi agama-agama besar di dunia.. William James mempengaruhi pemikiran Jung. Psikologi ini mengajarkanpraktik-praktik guna mengantarkan manusia pada kesadaran spiritual, diatas id, ego, dan superego Freud.
 Agama-agama membahas spiritual yang luas, psikologi belum memadai sampai hal seperti itu. Cortright (1997, h. 9) menulis, satu sisi atau sisitem keluarga, interaksi ibu-anak, dan pengalaman masa kecil pada sisi yang lain  tidak ada penjelasan apapun, yang memperhitungkan hanya peenampakan luar dari masalah nature (tabiat), dan nurture (lingkungan )dapat memberikan jawaban yang memuaskan padamasalah fundamental kehidupan. Hanya memandang ke dimensi spiritual, memasukan dan mentransendenkan warisan dan lingkungan, kita dapat menemukan jawaban yang tepat untuk masalah eksistensi manusia.”
Psikologi mulai mengarah ke dimensi spiritul manusia ketika buku Journal of T ranspersonal Pycology terbit 1969. Penelitian dilakukan untuk memahami gejala-gejala ruhaniah, seperti peak experience, pengalaman mistis, aktualaisasi transpersonal, pengalaman spiritual, seelanjutnya kecerdsan spiritual. Zohar mendedinisikan kecerdasan spiritual ”kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yang berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar. Inilah kecerdasan spiritual yang kita gunakan bukan hanya untuk mengetahui nilai-nilai yang ada, melainkan juga untuk secara kreatif menemukan nilai-nilai baru.”
Menurut Sinetar, ”Kecerdan spiritualpikiran yang mendapat inspirasi, dorongan efektifitas yang terinspirasi, the is-ness atau pengahayatan ketuhanan yang di dalamnya kita semua menjadi bagian”. Sementara menurut Khalil Khavari, ”ialah fakulatas dari dimensi nonmaterial kita (ruh manusia), sementara itu kemampuan spiritul perlu ditingkan ataun diasah”.

                                                           KESIMPULAN
David Lukoff menceritakan pengalan spiritualanya itu sehingga belajar dan bergelut dalam psikologi sampai dianggap sebagai ”One of the leader of the new spiritually attuned psycology” 1999. Ada beberapa aliran ilmu jiwa yang muncul, diantaranya:
1.      Behaviorisme
Psikologis buka ilmu kejiwaa, melainkan perilaku yang menyimpang (maladaptive behavior) akibat pelaziman (conditioning) yang terus-menerus. Namun manusia seharusnya tidak dipandang sebagai mahluk pasif, yang tunduk sepenuhnya pada lingkugan. Dia tidak lagi diaggap lilin yang bisa seenaknya dibentuk oleh stimulus-stimmulus. Manusia tidak lagi mesin, tetapi pengolah informasi dan pemecah masalah. Behaviorisme hanya berlaku untuk sebagian kecil penyakit mental.
Behaviorisme dikritik keras karena, pertama, ia gagal memasukan data dari pengalaman subjektif idividu seperti kesadaran diri yang sangat berarti baginya; kedua, ia gagal menjelaskan dimensi perilaku manusia yang lebih kompleks, seperti cinta, keberanian, keimanan, harapan, dan putus asa; ketiga, ia gagal secara keseluruhan, memahami masalah nilai dan makna dalam eksistensi manusia. Keempat, ia gagal mengatasi masalah pengarahan diri.
2.      Psikoanalisis
Ini mencari sebab-sebab perilaku manusia pada dinamika jauh pada dirinya, pada alam tak-sadarnya. Sigmun Freud adalah bapak mazab ini. Menurut freud, tujuan psikoanalisis adalah mengurangi derita neurotis menjadi ketakbahagian yang biasa ”not a particularly inspiring or ennobling goal for human existence” (Cortright, 1997).
Ferud menulis surat kepada Jung yang berkonsep sinkroniotisi,  dengan menyatakan bahwa pengalaman spiritual itu tidak penting. Jung malah menjadi populer dengan kehadiran psikolosi transpersonal.
3.      Psikologi Humanistis
Ini muncul pada peertengahan abad ke-20, sebagai reaksi terhadap behaviorisme dan psikonalisis. Karena dianggap manusia sebagai mesin (mahluk yang rendah). Perintisnyya adalah Abraham Maslow,”dengan sedikit menyederhanakan, kita dapat menyatakan bahwa Freud seakan-akan memasok kita dengan separo psikologi yang sedikit, dan kita sekarang harus mengisi dengan separo lainnya yang sehat” (Maslow 1968).
Ada beberapa teknik untuk mengungkap makna, tetapi ada lima situasi ketika makna terbesit di luar dan mengubah jalan hidup kitagar tersusun dengan baik lagi.
Pertama, makna kita temukan ketika kita menemukan diri kita (self discovery). Kedua, makna itu muncul ketika ketika kita menentukan pilihan. Ketiga, makna ditemukan ketika kita merasa istimewa, unik, dan tak tergantikan, oleh orang lain. Keempat, makna terbesit dalam tanggung jawab. Kelima, makna muncul ketika situasi transendensi/ pengalaman spiritual ”pengalaman yang membawa kita ke luar dunia fisik, kel luar pengalaman kita yang biasa keluar suka dan duka kita, ke konteks yang lebig luas”.
4.      Psikologi Transpersonal
Menurut Maslow, pengalaman keagamaan adalah peak experience, plateau, dan farthest reaches of human nature, sehingga psikologi dianggap belum sempurna. Psikologi ini mengajarkanpraktik-praktik guna mengantarkan manusia pada kesadaran spiritual, diatas id, ego, dan superego Freud.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Daftar Blog Saya