Powered By Blogger

Cari Blog Ini

Jumat, 25 November 2011

EMOSI PADA REMAJA

Emosi Pada Remaja
1. PENDAHULUAN A. LATARBELAKANG MASALAH Pada umumnya seseorang penuh dengan daya dorongan dan minat guna mencapai sesuatu. Perilaku seseorang dan munculnya berbagai kebutuhan disebabkan karena adanya dorongan serta minat. Kehidupan seseorang berjalan menurut polanya sendiri-sendiri. Makin banyak kita mengetahui dunia remaja, seperti apa yang mereka alami, makin banyak kita perlu melihat kedalam kehidupan emosionalnya dan memahami perasaan-perasaannya, baik perasaan terhadap dirinya sendiri maupun tentang orang lain Gejala-gejala emosional seperti marah, takut, bangga dan rasa malu, cinta dan benci, harapan-harapan dann rasa putus asa, perlu dicermati dan dan dipahami dengan baik.

 B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Emosi
2. Karakteristik Perkembangan Emosi
3. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
4. Hubungan Emosi dan Tingkah Laku Serta Pengaruh Emosi terhadap Tingkah Laku
5. Perbedaan Individual dalam Perkembanngan Emosi 6. Pengembangan Emosi Remaja dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan C. PEMBAHASAN
1. Penertian emosi Perasaan senang atau tidak senang selalu menyertai kehidupan sehari-hari disebut juga warna efetif. Terkadang wanra efektif lemah, kadang kut bahkan samar-samar. Ini termasuk warna efektif yang kuat, maka perasaan-perasaan akan lebih mendalam, lebih luas dan terarah. Perasaan seperti ini disebut emosi (Sarlito, 1982: 59). Selain perasaan senang dan tidak senang ada beberapa contoh yang lain yaitu gembira, cinta, marah, takut, cemas, dan benci. Menurut Crow & Crow (1958) emosi adalah pengalaman efektif yang disertai penyesuaian diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Pada emosi sering terjadi perubahan-perubahan pada fisik, antara lain;
a) Peredaran darah: bertambah ceepat bila marah,
b) Denyut jantung: bertambah cepat bila terkejut,
 c) Pupil mata: membesar bila marah, d) Bulu roma: berdiri bila takut,
e) Otot: ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang serta bergetar (tremor).

2. Karakteristik perkembangan emosi Pola emosi para remaja adalah sama dengan pola emosi pada masa kanak-kanak. Jenis emosi yang secara normal dialami adalah cinta/ kasih sayang, gembira amarah, takut dan cemas, cemburu, sedih, dan lain-lain. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat rangsangan yang membangkitkan emosinya, dan khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi mereka. Mari kita lihat bebrapa kondisi emosioanal;

• Cinta dan kasih sayang Faktor penting dalam kehidupan remaja adalah daya tampungnya untuk mencintai orang lain dan kebutuhannyauntuk mendapatkan cinta dari orang lain. Remaja masih terdapat sifat kekanak-kanakan, remaja membutuhkan kasih sayang dirumah seeperti mereka dapatkan pada tahun-tahun sebelumnya. Karena menyalahkan mereka secara langsung mengolok-olok mereka padahal belum pernah diolok-olok, inilah alasan mereka menentang. Para remaja berontak secara terang-terangan, nakal, dan mempunyai sikap permusuhan, besar kemungkinan disebabkan karena kurangnya rasa cinta dan dicintai yang tidak disadari. Karena kebanyakan kebutuhan akan perasaan-perassan itu sering disembunyikan dengan rapi.
• Gembira Jika kita mengingat hal yang menyenangkan pasti akan menjdi cerita yang panjang dan lengkap tentang apa yang terjadi dalam perkembangan emosional remaja. Rasa gembira akan dialami apabila segala sesuatunya berjalan dengan baik dan para remaja mengalami kegembiraan jika sewaktu diterima menjadi seoaran sahabat atau bila cintanya mendapat sambutan atau diteriama oleh yang dicintainya.
• Kemarahan dan Permusuhan Rasa marah adalah suatu yang menonjol dalam perkembangan kpribadian. Seseoarang akan melalui rasa marah guna mempertajam tuntunannya sendiri pemilihan minatnya sendiri.
 • Ketakutan dan kecemasan Kebanyakan rasa takut hanya kejadian pada kejadian-kejadian bila dalam bahaya. Tidak seorang pun yang menjerumuskan dirinya dalam kehiduapn tanpa rasa takut. Bila seorang begitu takut sehingga tidak berani mencapai apa yang ada sekarang atau masa depan yang tidak menentu ini. Biehler (1972) membagi ciri-ciri emosional remaja nenjadi dua yang bersangkutan tentang usia anak remaja yaitu: a. Pada usia 12-15 tahun;
1) Seorang cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka akibat hubungan biologis di dalam kematangan seksual dalam menghadapi masalah masih kebingungan, 2) Mungkin bertingkah kasar guna menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri, 3) Bila ada orang tua atau guru yang serba tahu dan merasa tertipu maka akan cenderung menjadi marah. b. Pada usia 15-18 tahun; 1) Ekspresi pemberontakan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. 2) Pengharapan simpati dan nasihat dari orang tua dan guru karena bertambahnya kebebasan. 3) Seringkali melamun, memikirkan masa depan yang terlalu tinggi. 3. Faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi Emosi anak tergntung pada faktor kematangan dan faktor belajar (Hurlock, 1960: 266). Reaksi emosioanal yang tidak muncul pada awal kehidupan tidak berarti tidak ada, reaksi tersebut mungkin akan muncul di kemudian hari. Kemampuan mengingat mempengaruhi reaksi emosional,sehingga anak-anak menjadireaktif terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi mereka pada usia yang lebih muda. Kegiatan belajar turut menunjang perkembangan emosi. Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi antara lain:
 1) Belajar dengan coba-coba Anak belajar secara coba-coba mencoba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya dan menolak perilaku yang memberikan pemuasan yang sedikit.
2) Belajar dengan cara meniru Ini dilakukan dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, anak- anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang yang diamati. Contoh anak yang pemarah dan popular di kalangannya menjadi marah bila ditegur oleh gurunya.
3) Belajar dengan mempersamakan diri Anak menirukan emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang telah menggugah emosinya dari emosi orang yang ditiru. Anak hanya meniru orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya.
4) Belajar melalui pengkondisian Objek yang pada mulanya gagal memancing reaksi emosional, kemudian dapat berhasil dengan cara asosiasi. Setelah melewati masa kanak-kanak penggunaan metode ini semakin terbatas pada pengalaman rasa suka dan tidak suka.
 5) Belajar di bawah bimbingan dan pengawasan Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi menyenangkan dan sicegah agar tidak bereaksi secara emosional. Anak akan memperluas ekspresi kemarahannya atau emosi lain ketika ia beranjak dari masa kanak-kanak ke remaja.
Dalam memahami remaja kita tidak hanya mengamati emosi-emosi yang secara terbuka (ditampakkan) tetapi perlu berusaha mengerti emosi yang disembunyikan.Sehingga emosi yang ditujukan mungkin merupakan tutup yang disembunyikan, contoh seorang yang merasakan ketakutan tetapi menunjukan kemarahan, dan seorang yang sebenarnya hatinya terluka disembunyikan dan seorang yang sebenarnya hatinya terluka disembunyikan. Dengan bertambahnya umur, menyebabkan terjadinya perubahan dalam ekspresi emosional. Orang tua hendaknya menyadari bahwa perubahan ekspresi yang tampak ini tidak berarti bahwa emosi tidak lagi berperan dalam kehidupan anak muda. Ia tetap membutuhkan perangsang-perangsang yang memadai guna perkembangan pengalaman emosional.

4. Hubungan emosi dan tingkah laku serta pengaruh emosi terhadap tingkah laku Rasa takut dapat menyebabkan orang gemetar. Dalam ketakutan mulut menjadi kering , detak jantung menjadi cepat, derasnya aliran darah system pencernaan mungkin akan berubah selama pemunculan emosi. Seseorang yang tidak mudah terganggu emosinya cenderung mempunyai pencernaan yang baik, karena gangguan emosi dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit. Banyak situasi yang timbul di sekolah atau suatu kelompok yang menjadikan seseorang menjadi tidak tenang. Sikap malu-malu, takut, agresif bisa jadi akibat dari ketegangan yang muncul dengan hadirnya individu dan situasi tertentu. Jika seorang siswamerasa malu karena gagal dalam menghafal, pada kempatan lain mungkin ia akan takut berpartisipasi dalam hafalan.Mungkin akibatnya ia berencana untuk membolos atau kegiatan lain. Motifasi belajar akan membantu individu dalam memusatkan perhatiannya pada apa yang sedang ia kerjakan dan dengan cara itu ia akan mendapatkan kepuasan. Reaksi belajar tidak sama maka rangsangan untuk belajar diberikan harus berbeda-beda dan disesuaikan dengan kondisi anak. Dengan demikian rangsangan-rangsangan yang menghasilkan perasaan yang tidak menyenangkan, akan saangat mempengaruhi hasil belajar dan demikian pula rangsangan yang menghasilkan perasaan yang menyenagkan akan mempermudah siswa belajar.
5. Perbedaan individual dalam perkembanngan emosi Dengan meningkatnya usia anak, semua emosi diekspresikan secara lebih lunak karena mereka telah mempelajari reaksi orang lain terhadap emosi berlebihan dan mengekang sebagian ekspresi emosi mereka sehingga ekspresi emosional mereka akan berbeda-beda. Perbedaan itu sebagian disebabkan oleh keadaan fisik anak pada saat itu, kemampuan intelektualnya dan kondisi lingkungan.
Anak yang sehat cenderung kurang emosional dibandingkan dengan anak yang sakit. Anak-anak yang pandai berkreasi lebih emosional terhadap rangsangan dibanding anak yang kurang pandai. Namun sebaliknya mereka cenderung lebih mampu mengendalikan ekspresi emosi. Pada kedudukannya sebagai anggota keluarga, anak laki-laki lebih sering dan lebih kuat mengekspresikan emosi yang sesuai dengan jenis kelaminnya. Misal marah cenderung pada laki-laki dibanding emosi takut, cemas, dan kasih sayang yang dianggap lebih sesuai bagi perempuan. Anak-anak yang berstatus sosial rendah cenderung lebih mengekang rasa takut dan cemas dibandingkan dengan yang berstatus ekonomi tinggi.
6. Pengembangan Emosi Remaja dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan Remaja cenderung sulit di terka dan banyak melamun, maka yang dilakukan guru adalah konsisten dalam kelas dan memperlakukan siswa layaknya orang dewasa yang penuh tanggung jawab serta mendorong mereka untuk bersaing dengan diri sendiri. Dalam diskusi di dalam kelas, lebih ditekankan pada pentingnya memperhatikan pandangan orang lain dalam mengembangkan pandangan sendiri. Kita seharusnya waspada terhadap siswa yang ambisius, berpendirian keras dan kaku yang sering mengintimidasi kelasnya, sehingga tidak ada anak lain yang menentang pendapatnya. Apabila banyak dari keingin-keinginannya dihambat atau dirintangi bisa jadi akan banyak pemberontakan yang dilakukan oleh remaja.
Guru memang penting memahami alasan pemberontakannya tetapi juga memberikan pengajaran cara mengendalikan diri,karena hidup di masyarakat adalah juga menghormati dan menghargai keterbatasan-keterbatasan dan kebebasan individual.
 Cara menghadapi pemberintakan para remaja dapat dilakukan dengan mencoba untuk mengerti mereka dan melakukan segala sesuatu yang dapat dilakukan untukmembantu siswa berhasil berprestasi dalam bidang yang diajarkan. Seorang siswa yang merasa bingung terhadap rantai peristiwa yang terjadi mungkin merasa perlu menceritakan penderitaannya, termasuk rahasia pribadinya kepada orang lain. Karena itu guru diminta untuk berfungsi dan bersikap seperti pendengar yang simpatik. Siswa sekolah menengah atas biasanya mengisi pikirannya dengan hal-hal lain di luar tugas sekolah.
Misalnya seks, konflik dengan orang tua, dan apa yang akan dilakukan dalam hidupnya setelah ia tamat sekolah. Salah satu opersoalannya adalah bagaimana menghadapi siswa yang mempunyai kecakapan terbatas tetapi yang memimpikan kejayaan. Barangkali cara yang paling baik adalah dengan mendorong anak itu untuk berusaha namun tetap mengingatkan cara-cara dalam menghadapi kenyataan yang berupa kegagalan. Jadi terdapat berbagai cara mengendalikan lingkungan untuk menjamin pembinaan pola emosi yang diinginkan dan menghilangkan reaksi-reaksi emosional yang tidak diinginkan sebelum bekembang menjadi kebiasaan yang tertanam kuat.

D. Kesimpulan Emosi adalah warna efektif yang sangat kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik. Pola emosi remaja sama dengan pola emosi kanak-kanak. Jenis emosi yang secara normal dialami antara lain; cinta, gembira, marah, takut, cemas, dan sedih. Emosi mempengaruhi tingkah laku, misal rasa takut menyebabkan seseorang gemetar, sulit bicara, membolos dan sebagainya. Perbedaan emosi individual disebabkan oleh keadaan fisik, taraf kemampuan intelektual, dan kondisi lingkungan. Dalam kaitanya dengan pendidikan, guru dapat melakukan pengembangan emosi remaja misalnya: konsisten dalam pengelolaan kelas, mendorong anak bersaing dengan diri sendiri, pengelolaan diskusi kelas yang baik, mencoba memehami remaja, dan membantu siswa untuk berprestasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Daftar Blog Saya