Mengetahui perkembangan psikologoi dari masa kecil sampai masa dewasa dan masa tua
Selasa, 27 November 2012
MENINGKATNYA RELIGIUSITAS PADA KELUARGA YANG KURANG RELIGIUS
MENINGKATNYA
RELIGIUSITAS
PADA KELUARGA YANG KURANG RELIGIUS
PSIKOLOGI AGAMA
Disusun
oleh:
Suprapti Wulaningsih
A.
Pendahuluan
Peningkatan rasa agama yang dialami seseorang dalam
kehidupannya di mana terjadi ketidak pedulian agama pada masa kanak-kanan dan
religiusitas keluarganya yang kurang religius. Kondisi tersebut sesuai dengan
teori transformasi religius dalam
buku psikologi dzikir (Subandi, 2009), yang mengatakan bahwa. Pertama, perubahan afiliasi keagamaan di
mana seseorang berpindah dari agama satu ke agama lain (Maedow & Kahoe,
1984; Ullman, 1989). Kedua, peningkatan penghayatan keagamaan orang-orang
yang semula tidak peduli agama atau tidak percaya dengan agama (agnostic) menjadi orang yang sangat
religius. Ketiga, perubahan atau
peningkatan komitmen dan keyakinan beragama dalam konteks agama yang sama
(James, 1902; Byrnes, 1984; Ullman, 1988, 1989). Fenomena fransformasi ini
sejajar dengan proses perkembangan religius dari kehidupan yang belum matang
menuju kearah yang lebih matang.
PSIKOLOGI AGAMA “PSIKOLOGI DAN AGAMA” Oleh Jalaluddin Rahmat
PSIKOLOGI AGAMA
“PSIKOLOGI DAN AGAMA”
Oleh Jalaluddin Rahmat
PSIKOLOGI
AGAMA
“Aku telah menemukan rahasia alam semesta dan bertemu dengan arwah
pendahulu ilmun sosial dan humaniora. Aku tuliskan diskusiku dengan mereka
menjadi kitab sebagai proyek membangun masyarakat baru. Namun tidak tiska ada
yang mengikuti jalanku. Aku menderita depereasi berat,sampai ada keinginan
untuk bunuh diri. Disaat aku tenggelam dalam perasaan bersalah, aku terkejut
mendengan suara ”jadilah pengobat”. Suara itu memberi panggilan hidup dan
bangkit sembuh. Aku menimba ilmu di Pascasarjana Jurusan Psikologi, aku belajar
pada Shaman dan Dukun India di Ojai.”
David Lukoff dianggap
sebagai ”One Of The Leader Of The New Spiritually Attuned Psikologi”. Dia dan
rekannya berusaha memahami jiwa dengan peengalaman spiritual. Tahun 60-an
psikosis dianggap perilaku mennyimppang, jiwa sama sekali tidak dibicarakan. Ada tanggapan yaitu “Pandangan Dunia” angkatan pertama
psikologi: behaviorisme. Sampai sekitar 1970-an pandangan baku dalam psikiatri
yang dianggap skizofrenia dan diakibatkan oleh pengalam masa kecil yang
traumatis.
Bersangkutan dengan motif tak sadar
dan terutama seks, inilah angkatan kedua psikologis: psikoanalisis. 20 tahun
berikutnya teori-teori psikoanalisis mulai ditinggalkan dan beralih ke neurokimiawi. Namun pasien meenjadi
teerabaikan dalam pengalaman spiritualnya. Sehingga kesembuhannya mengalami
hambatan besar.
Suara protes banyak muncul dari para psikiater. Kata Laing, psiosis
bukanlah ”breakdown/ kehancuran”, tetapi “breakthrough/ terobosan .” Laing adalah
tokoh ankatan ketiga: psikologis humanisti eksistensial, kemudian
bermetamorfosis melahirkan angkatan keempat: psikologi trangpersonal.
Perkembangan konsep spiritual dalam psikologis sebagai latar belakang
kemunculan konsep kecerdasan (SQ).
BEHAVIORISME
Inilah aliran ilmu jiwa yang tidak
yang tidak peduli pada jiwa dan dimulai dari Pavlov pada akhir abad ke-19. Psikologi
adalah sains dan sain hanya berhubungan dengan apa saja yang dapat diamati.
Psikologi bukan merupakan ganggua kejiwaan, melainkanperilaku yang menyimpang
(maladaptive beehavior) akibat pelaziman (conditioning) yang terus menerus.
Tahun 1914 seorang mahasiswa Pavlov
melaporkan kejadian yang aneh dan luar biasa. Dia telah melazimkan seekor
anjing untuk mampu membedakan lingkaran dari elips. Hasilnya ajing tidak dapat
membedakan keduanya. Perilaku anjing menjadi berubah menjadi pemberang dan
galak, anjing menderita ”neurosis eksperiental” Manusia akan menderita penyakit
yang sama bila dia berhadapan dengan situuasi sters yang tidak dapat diatasi.
Untuk mengobatinya lakukan saja pelaziman yang baru yaitu kontrapeelaziaman
”copunterconditional.”
Perilaku maladtif juga terjadi
karena pelaziman yang menimbulakan perasaan negatif, depresi, kecemasan, atau
penderitaan. Manusia tidak lagi dipandang sebagai makhluk pasif yang tunduk
pada lingkungan. Kini giliran behaviorisme dimodifikasi dalam bentuk psikologi
kognitif. Metfora manusia tidak lagi mesin, pengolah informasi dan pemecah
maslah namun memperhatikan, menafsirkan, mengolah dan menggunakan informasi.
Behaviorisme dikritik keras karena, pertama,
ia gagal memasukan data dari pengalaman subjektif idividu seperti kesadaran
diri yang sangat berarti baginya; kedua, ia gagal menjelaskan dimensi
perilaku manusia yang lebih kompleks, seperti cinta, keberanian, keimanan,
harapan, dan putus asa; ketiga, ia gagal secara keseluruhan, memahami
masalah nilai dan makna dalam eksistensi manusia. Keempat, ia gagal
mengatasi masalah pengarahan diri.
Psikoanalisis (Depth Psycology)
Ini mencari sebab-sebab perilaku
manusia pada dinamika jauh pada dirinya, pada alam tak-sadarnya. Sigmun Freud
adalah bapak mazab ini, seorang neorolog
yang hidup di Wina akhir abad ke-19. Freu menghipnotis pasiennya untuk
mengilangkan gejala-gejala histerisnya dan mengembalikan memori yang
terlupakan. Perilaku yang tampak atau tidak tampak disebabkan peristiwa mental
sebelunnya.
Pada masa kanak-kanak, kita
dikendalikan sepenuhnya oleh id. Tahap ini berlaku
proses berfikiryangdisebut Freud sebagai primary process. Anak tidak dapat membedakan antara yang real dan tidak
real serta tidak mampu menekan implus. Jika anak tidak memperoleh botol
susunya, dia akan menghisap ibu jarinya. Anak-anak yang lebih tua dan orang
dewasa, ego sudah berkembang. Mereka mengikuti berpikir proses
kedua, secondary process thinking. Walaupun tidak memenuhi kebutuhannya. Orang dewasa sesekali berpikir proses pertama, Jika pola
berpikir anak-anak ini menguasai orang dewasa terjadilah perilaku abnormal.
Kata Danah Zohar, lebih satu abad kemudian, proses pertama EQ, kedua, IQ
dan proses ketiga, SQ. SQ inilah yang menghubungkan rasio dan emosi, pikiran
dan tubuh. Super ego hanyalah menyerap nilai-nilai dari orang tua dan
masyarakat, sedangkan SQ secara kreatif menciptakan nilai-nilai baru.
Psikonoalisis klasik tampak sangat lemah, ia mampu menjelaskan penyakit psikis
akibat luka lama dari masa kecil, tetapi bisu ketika menderita karena
kekosongan eksistensial dan kebingungan memberikan makna. Menurut
freud, tujuan psikoanalisis adalah mengurangi derita neurotis menjadi
ketakbahagian yang biasa ”not a particularly inspiring or ennobling goal for
human existence” (Cortright, 1997).
Carl Gustav Jung kecewa dengan tujuan psikoanalisis dan
mengecam Freud karena penekanan yang berlebihan pada seksualitas. Psikologi harus
membantu manusia untuk menyambungkan dirinya dengan kedua alam tak sadar.Jung
menyebut individuation sebagai pengintegrasian the collective unconscious dalam
kesadaran individu. The collective unconscious dilanjutkan
melalui arketipe (archetypes),bentuk dan cinta universal yang terdapat pada
mitos dari berbagai kebudayaan. Sebagaimana
insting mengatur tindakan sadar secara teratur dan seragam, arketipe mengatur
anggapan sadar secara sistematis dan seragam.
”The colective
unconscious membentuk arketipe (bentuk universal), psyche dan mengorganisasikan
peengalaman psikologis. Kesehatan
psikologis yaitu kemampuan memasukan arketipe memasuki dan memberikan bentuk
pwngalaman psikologis dari pikiran, perasaan, dan tindakan kita. Derita dan
tekanan psikologis muncul karena hanya mampu menganilisis beberapa arketipe
hingga dapat membatasi jati diri dan perasaan. Kekayaan pengalaman dari
perasaan, kreatifitas, spontanitas kehidupan tidak dapat merasuk dalam dirinya.
Pusat arketipe psyche adalah the self (diri).
Jung percaya the self diketahui diketahui secara tidak langsung, dengan
pengarahan dan bimbingan melalui simbol mimpi dan citra. Ketika psyche
mengalami individuasi bergerak, citra mitos, dan simbolis yang baru muncul pada
ego. Reorganisasi terjadi pada ego sadar dan kedalaman artikepal.”
”Menuurut Jung, ego berkembang pada paro pertama dan mulai
merasaterasingkan pada usia 35-45 tahun. Separo kehidupan kedua perhatian
berpudat pada batin dan muncul hal baru pada paro kehidupan pertama. Akibat
tidak mau mendengar gerakan batiniah akan berdampak pada psikis, kekosongan dan
alienasi.” Pembagian kehidupan pada dua paro pagi dan petang. Tahap
pertama, pre egoic yaitu masa pra oedipus ketika ego dikuasai the
collective unconscious. Tahap kedua, pada pagi hari kehidupan, ego dewasa
melepas diri. Tahap ketiga, pada sore hari kehidupan, ego kuat kembali ke the
collective unconscious.
“Kehidupan spiritual itu kehidupan memilih jalan hidup yang melintasi konvensi-konvensi
sosial, moral, religius, politis dan filosofis. ’Anak-anak yang sejati’ Tuhan
adalah berani melanggar konvensi dan mengambil ’jalan curam dan sempit’ menuju
dunia yang tak diketahui. Menurut Jung ini disebut ’vactory’ berpisah dengan
kelompok dan mengorbankan siri untuk memenuhi ’panggilan’. Mentaati hukum dan
mendengar bisikan ruhnya yang terdalam his inner spirit (Fuller,1994, h.
104).” Dia akan mengalami neeurosis dan terlambat perkembangan kesadarannya
jika tidak mau mendengar suara batinnya.
Ferud menulis surat kepada Jung yang berkonsep sinkroniotisi, dengan menyatakan bahwa pengalaman spiritual
itu tidak penting. Jung malah menjadi populer dengan kehadiran psikolosi
transpersonal.
PSIKOLOGI HUMANISTIS
Ini muncul pada
peertengahan abad ke-20, sebagai reaksi terhadap behaviorisme dan psikonalisis.
Karena dianggap manusia sebagai mesin (mahluk yang rendah). Perintisnyya adalah
Abraham Maslow,”dengan sedikit menyederhanakan, kita dapat menyatakan bahwa
Freud seakan-akan memasok kita dengan separo psikologi yang sedikit, dan kita
sekarang harus mengisi dengan separo lainnya yang sehat” (Maslow 1968). Alih-alih
dia meeneliti manusia yang sakit agar tetap termotifasi di dalam kehidupan,
dalam situasi dan kondisi apapun. Pengalaman Viktor Frankl pada perang duni
ke-2 di dalam kamp konsentrasi Nasi banyak pengalaman dan mendengar keluhan
dari tahanan. ”Mengapa semua ini bisa terjadi padaku? Mengapa aku harus
menanggung derita ini?”
Ada pula yang berpikir, ”Apa yang harus ku lakukan dalam situasi mencekam
seperti ini?”. ini umumnya berakhir dengan kematian atau berhasil lolos dari
lubang jarum kematian. Hal yang membedakan keduanya adalah kebebasan memilih
makna. Frank menentang Freud ketiaka dia menganggap dimensi spiritual manusia
sebagai percampuran dari insting hewani. Dengan landasan fenomenologis, Frankl membantah
keduanya menjelaskan perilaku manusia akibat proses fisikis biasa dia
mengembangkan teknik fsikoterapi yang di sebut logoterapi (logos = makna).
Logoterapi memandang manusia sebagai keseluruhan dari tiga dimensi : fisik,
fsikologis, dan spiritual.
”Dimensi spiritual di sebut Frank sebagai NOOS, yang mengandung semua sifat manusia
seperti keinginan, imajinasi, keimanan dll. Di dalamnya terkandung kekuatan
untuk melangkah keluar dan memandang diri kita dan transendensi diri. Dalam
dunia spirit kita adalah pemandu, pengambil keputusan. Reserfoir kesehatan ada
pada setiap orang apapun agama dan keyakinannya. Ada beberapa teknik untuk
mengungkap makna, tetapi ada lima situasi ketika makna terbesit di luar dan
mengubah jalan hidup kitagar tersusun dengan baik lagi.
Pertama,
makna kita temukan ketika kita menemukan diri kita (self discovery). Kedua,
makna itu muncul ketika ketika kita menentukan pilihan. Ketiga, makna
ditemukan ketika kita merasa istimewa, unik, dan tak tergantikan, oleh orang
lain. Keempat, makna terbesit dalam tanggung jawab. Kelima, makna
muncul ketika situasi transendensi/ pengalaman spiritual ”pengalaman yang
membawa kita ke luar dunia fisik, kel luar pengalaman kita yang biasa keluar
suka dan duka kita, ke konteks yang lebig luas”, penggabungan dari yang keempat.
Dengan cepat melewati Maslow, yang menyebut pengalaman ini sebagai peak
experience atau plateau, kita meloncat pada angkatan keempat.
PSIKOLOGI
TRANSPERSONAL
Menurut Maslow,
pengalaman keagamaan adalah peak experience, plateau, dan farthest reaches of
human nature, sehingga psikologi dianggap belum sempurna.
Dia menulis, “I should
say also that consider Humanistic, Third Force Psycology, a transpersonal, dll.
Ini hanya melanjutkan pemikiran Jung dan Frankl, yang
berusha menggabungka tedisi psikologi dengan trasisi agama-agama besar di
dunia.. William James mempengaruhi pemikiran Jung. Psikologi ini
mengajarkanpraktik-praktik guna mengantarkan manusia pada kesadaran spiritual,
diatas id, ego, dan superego Freud.
Agama-agama membahas spiritual yang
luas, psikologi belum memadai sampai hal seperti itu. Cortright (1997, h. 9)
menulis, satu sisi atau sisitem keluarga, interaksi ibu-anak, dan pengalaman
masa kecil pada sisi yang lain tidak ada
penjelasan apapun, yang memperhitungkan hanya peenampakan luar dari masalah
nature (tabiat), dan nurture (lingkungan )dapat memberikan jawaban yang
memuaskan padamasalah fundamental kehidupan. Hanya memandang ke dimensi
spiritual, memasukan dan mentransendenkan warisan dan lingkungan, kita dapat
menemukan jawaban yang tepat untuk masalah eksistensi manusia.”
Psikologi mulai mengarah ke dimensi spiritul manusia ketika buku Journal of
T ranspersonal Pycology terbit 1969. Penelitian dilakukan untuk memahami
gejala-gejala ruhaniah, seperti peak experience, pengalaman mistis,
aktualaisasi transpersonal, pengalaman spiritual, seelanjutnya kecerdsan
spiritual. Zohar mendedinisikan kecerdasan spiritual ”kecerdasan yang
bertumpu pada bagian dalam diri kita yang berhubungan dengan kearifan di luar
ego atau jiwa sadar. Inilah kecerdasan spiritual yang kita gunakan bukan hanya
untuk mengetahui nilai-nilai yang ada, melainkan juga untuk secara kreatif
menemukan nilai-nilai baru.”
Menurut Sinetar, ”Kecerdan spiritualpikiran yang mendapat inspirasi,
dorongan efektifitas yang terinspirasi, the is-ness atau pengahayatan
ketuhanan yang di dalamnya kita semua menjadi bagian”. Sementara menurut Khalil
Khavari, ”ialah fakulatas dari dimensi nonmaterial kita (ruh manusia),
sementara itu kemampuan spiritul perlu ditingkan ataun diasah”.
KESIMPULAN
David Lukoff menceritakan
pengalan spiritualanya itu sehingga belajar dan bergelut dalam psikologi sampai
dianggap sebagai ”One of the leader of the new spiritually attuned psycology” 1999.
Ada beberapa aliran ilmu jiwa yang muncul, diantaranya:
1.
Behaviorisme
Psikologis buka ilmu
kejiwaa, melainkan perilaku yang menyimpang (maladaptive behavior) akibat
pelaziman (conditioning) yang terus-menerus. Namun manusia seharusnya tidak
dipandang sebagai mahluk pasif, yang tunduk sepenuhnya pada lingkugan. Dia tidak lagi diaggap lilin yang bisa seenaknya dibentuk
oleh stimulus-stimmulus. Manusia tidak lagi mesin, tetapi pengolah informasi
dan pemecah masalah. Behaviorisme hanya berlaku untuk sebagian kecil penyakit
mental.
Behaviorisme dikritik keras karena, pertama, ia gagal memasukan data
dari pengalaman subjektif idividu seperti kesadaran diri yang sangat berarti
baginya; kedua, ia gagal menjelaskan dimensi perilaku manusia yang lebih
kompleks, seperti cinta, keberanian, keimanan, harapan, dan putus asa; ketiga,
ia gagal secara keseluruhan, memahami masalah nilai dan makna dalam eksistensi
manusia. Keempat, ia gagal mengatasi masalah pengarahan diri.
2.
Psikoanalisis
Ini mencari sebab-sebab
perilaku manusia pada dinamika jauh pada dirinya, pada alam tak-sadarnya.
Sigmun Freud adalah bapak mazab ini. Menurut freud, tujuan psikoanalisis adalah
mengurangi derita neurotis menjadi ketakbahagian yang biasa ”not a particularly
inspiring or ennobling goal for human existence” (Cortright, 1997).
Ferud menulis surat kepada Jung yang berkonsep sinkroniotisi, dengan menyatakan bahwa pengalaman spiritual
itu tidak penting. Jung malah menjadi populer dengan kehadiran psikolosi
transpersonal.
3.
Psikologi
Humanistis
Ini muncul pada
peertengahan abad ke-20, sebagai reaksi terhadap behaviorisme dan psikonalisis.
Karena dianggap manusia sebagai mesin (mahluk yang rendah). Perintisnyya adalah
Abraham Maslow,”dengan sedikit menyederhanakan, kita dapat menyatakan bahwa
Freud seakan-akan memasok kita dengan separo psikologi yang sedikit, dan kita
sekarang harus mengisi dengan separo lainnya yang sehat” (Maslow 1968).
Ada beberapa teknik untuk mengungkap makna, tetapi ada
lima situasi ketika makna terbesit di luar dan mengubah jalan hidup kitagar
tersusun dengan baik lagi.
Pertama,
makna kita temukan ketika kita menemukan diri kita (self discovery). Kedua,
makna itu muncul ketika ketika kita menentukan pilihan. Ketiga, makna
ditemukan ketika kita merasa istimewa, unik, dan tak tergantikan, oleh orang
lain. Keempat, makna terbesit dalam tanggung jawab. Kelima, makna
muncul ketika situasi transendensi/ pengalaman spiritual ”pengalaman yang
membawa kita ke luar dunia fisik, kel luar pengalaman kita yang biasa keluar
suka dan duka kita, ke konteks yang lebig luas”.
4. Psikologi
Transpersonal
Menurut Maslow, pengalaman keagamaan adalah peak experience, plateau, dan
farthest reaches of human nature, sehingga psikologi dianggap belum sempurna.
Psikologi ini mengajarkanpraktik-praktik guna mengantarkan manusia pada
kesadaran spiritual, diatas id, ego, dan superego Freud.
Psikologi dan periodesasi Perkembangan
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan adalah perubahan kearah kemajuan menuju terwujudnya
hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Perkembangan memiliki sifat
holistik (menyeluruh/kompleks) yaitu : terdiri dari berbagai aspek baik fisik ataupun
psikis, terjadi dalam beberapa tahap (saling berkesinambungan), ada variasi
individu dan memiliki prinsip keserasian dan keseimbangan.
Perkembangan Individu
memiliki beberapa prinsip-prinsip yaitu: Never ending process (perkembangan
tidak akan pernah berhenti). Semua aspek perkembangan saling
mempengaruhi (aspek emosional, aspek disiplin, aspek agama dan aspek sosial).
Perkembnagan mengikuti pola/arah tertentu (karena perkembangan individu dapat
terjadi perubahan perilaku yang dapat dipertahankan atau bahkan ditinggalkan)
Perkembangan merupakan
proses yang tidak akan berhenti dan setiap perkembangan memiliki tahapan
tahapan yaitu : tahap dikenangkan, tahap kandungan, tahap anak, tahap remaja,
tahap dewasa, dan tahap lansia, ada juga yang menggunakan patokan umur yang
dapat pula digolongkan dalam masa intraterin, masa bayi, masa anak sekolah,
masa remaja dan masa adonelen yang lebih lanjut akan disebut dengan periodesasi
perkembangan.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian perkembangan
2.
Periodisasi
Perkembangan
3. Kesimpulan
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi Psikologi Perkembangan.
2. Mengetahui periodisasi perkembangan yang dari para ahli.
3. Mengetahui rumusan masalah
4. Memenuhi tugas individu pada mata kuliah Pikoliogi Perkembangan.
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Psikologi
berasal dari kata Yunani “ Psyche” yang artinya jiwa,dan” logos’ yang artinya
ilmu pengetahuan. Jadi secara etomologi ( menurut arti kata ) Pskilogi artinya
Ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik macam – macam gejalanya , prosesnya
maupun latar belakangnya. Perkembangan adalah peunculan hal yang baru dengan adanya sifat-sifat yang baru yang berbeda dari yang lain.
Psikologi perkembangan adalah ilmu yang mempelajari
tingkah laku manusia dalam perkembangan psikis manusia dari masa bayi sampai
masa tua. Masa-masa pekembangan diantaranya adalah masa bayi, masa anak-kanak,
masa sekolah, masa remaja, masa dewasa. Ada ahli psikologi yang mengemuukakan
tetang adanya masa sebelum lahir.
Profesor Arthur
T. Jersild dalam bukunya, Child Psikology, 1962, mengemukakan bahwa adanya masa
mengandung dan masa melahirkan dalam psikologi:
a.
Masa mengandung
Masa mengandung
yang dialami wanita yaitu calon ibu mrngalami masalah yang bersifat khusus dalam
kaitanya dengan pola atau cara hidupnya. Pengalaman ibu pada masa hhamil
sangatlah menegangkan dan mendebarkan. Kondisi keuangan yng kurang memadai
berpengaruh dalam kondisi kehamilan.
Dalam
lingkungan kebudayaan, kepercayaan tahayul memang masih seangat erat kaitannya
dengan masa mengandung. Walaupun tahayul yang kita tau adalah ahal yang tidak
mempunyai dasar, namun ironisnya kita tidak bisa menepis hal-hal yang bersifat
tahayul. Hal-hal yang sering kita dengan dan lihat seperti keinginan seorang
ibu hamil yang meminta hal-hal yang aneh dan yang kurang masuk akal.
Oarn tua
mempunyai antisipasi dalam hal ini dengan selalu memberi nasihat kepada calon
ayah dan ibu, misalkan jangan berbuat jahat kepada mahluk lain walupun sekecil
apapun. Biasanya kegemaran menyiksa binatang selalu dihubung-hubungkan dengan
kelahiran bayi yang cacat, padahal itu bukanlah alasan yang sebenarnya.
b.
Masa Kelahiran
Kelahiran bisa
diarikan sebagai kelaahiran dan kedatangnya seorang bayi di tengah-tengah
sebuah keluarga yang sebelumnya berada dalam kandungan ibu. Kita tahu seorang
bayi lahir dengan kondisi yang lemah tiada berdaya dan membutuhkan belas
kasihan dari orang lain. Selama 24 jan bayi belum membutuhkan makanan, namun
untuk bayi yang sehat beberapa jam setelah lahir seolah siap menerima makanan yang
akan diberikan kepadanya.
Lester D.
Crow dalam bukunya Human Development and Learning, 1956, mengemukakan
tiga proses dalam perkembangan yaitu:
1)
Childood yaitu
masa yang mencakup masa mengandung, masa kelahiran, masa bayi, masa anak-anak,
masa anak sekolah.
2)
Maturity yaitu
masa proses perkembangan dalam proses kematangan sebelum memasuki masa
kedewasaan.
3)
Adulthoot yaitu
mencakup masa mencari lapangan pekerjaan, masa berpacaran, kemudian masa
berumah tangga setelah itu menjadi orang tua.[1]
2.
Periodisasi
Perkembangan
Selama
perkembangannya, penglaman belajar haruuuslah sesuai dengan sesuai dengan
perkembangannya. Tidak mungkin anak usia sekolah dasar diberi materi yang
diberikan kepada mahasiswa, jadi seemuanya itu harus tepat. Para ahli banyak
yang berbeda pendapan tentang periodisasi perkembangan. Pendapat ini mempunyai
gairis besarnya, yaitu:
a.
Berdasar
biologis
b.
Berdasar
didaktis/ instruksional
c.
Berdasar
psikologis
Perbedaan ini
dilakukan agar anggapan yang paling menentukan mengenai dasar-dasar yang ada.
A. Tahap Perkembangn berdasar Biologis
1.
Aristoteles
Aristoteles merumuskan perkembangan anak
dengan 3 (tiga) fase perkembangan yakni:
1)
Fase
I : 0;0 –7;0 disebut masa anak
kecil dan kegiatannya hanya bermain.
2)
Fase
II : 7;0 –14;0 disebut masa anak/
masa sekolah dan kegiatannya
mulai belajar di sekolah dasar.
3)
Fase
III : 14;0 – 21;0 disebut dengan masa
remaja atau pubertas, masa ini adalah masa peralihan dari anak menjadi
dewasa.
Aristoteles
menyebutkan pada periodesasi ini disebut sebagai periodesasi yang
berdasarkanpada biologis karena antara fase I dengan fase ke II itu ditandai
dengan adanya pergantian gigi, sedangkan antara fase ke II dengan fase ke III
ditandai dengan mulai bekerjanya organ kelengkapan kelamin.
Pada
fase pertama anak kecil sangat terjerat dalam masa-masa bermain yang tidak bisa
mereka hindari dan patut kita tau. Anak kecil akan merasa terganggu dan marah
bila mainan meereka kita rebut. Pada fase berikutnya adalah fase setelah masa
anak kecil, di sini anak cenderung dalam masa belajar atau dalam masa sekolah
rendah. Melonjak ke fase setelah masa anak, tinggallah masa-masa yang sedang
bergejolak yaitu masa pubertas dari anak menuju dewasa dalam lingkup
biologisnya.
2.
Kretschmer
Kretschmer membagi perkembangan anak
menjadi 4 (empat) fase, yaitu:
a.
Tahap
I : 0;0 – 3;0. Keadaan anak bertubuh pendek, gemuk, bersikap terbuka,
mudah bergaul dan mudah didekati.( Fullungs periode I)
b.
Tahap
II : 3;0 – 7;0. Badan anak tampak langsing, sikap anak cenderung tertutup,
sukar bergaul dan sulit didekati. (Strecungs periode I)
c.
Tahap
III : 7;0 –13;0. Fisik anak kembali menggemuk. (Fullungs periode II)
d.
Tahap
IV : 13;0 – 20;0. Fisik anak kembali langsing. (Streckungs periode II)
Dapat terlihat dalam perkembangan anak tahap
I, perubahan biologis baik dari tubuh yang pendek, badan yang gemuk, dan
sebagainya. berbeda dengan tahap II, anak malah berbadan langsing apalagi dalam
pergaulan sangat sulit menerima teman. Ini menjadikan anak sulit bersosialisasi
dengan lingkungan sekitar teermasuk teman-temannya. Pada tahap III, anak
badannya terlihat menggemuk namun pada tahap IV justru lengsing kembali,
kondisi tubuh yang stabil.
3.
Sigmund
Freud
Freued membagi perkembangan anak menjadi 6
(enam) fase perkembangan yakni:
a.
Fase
Oral : 0;0 – 1;0. Mulut merupakan central pokok keaktifan yang dinamis,
b.
Fase
Anal : 1;0 – 3;0 Dorongan dan tahanan berpusat pada alat pembuangan kotoran.
c.
Fase
Falis: 3;0 – 5;0. Alat-alat kelamin merupakandaerah organ paling perasan,
d.
Fase
Latent : 5;0 – 12/13;0 Impuls-impuls cenderung berdada pada kondisi tertekan
e.
Fase
Pubertas : 12/13;0 – 20;0 Impuls-impuls kembali menonjol. Kegiatan ini jika
dapat disublimasikan maka seorang anak akan sampai pada fase kematangan,
f.
Fase
Genitala 20 ke atas, Seseorang telah sampai pada fase dewasa.
Anak kisaran umur sampai 5 tahun melewati
fase yang terdiferensiasikan secara dinamik, kemudian beerkisar umur 12
meengalami fase laten yang ditandai dengan pubertas barulah akan semakin dewasa
pada umur 20. Namun menurut Freud masa yang menentukan kepribadian adalah dari
umur 20 sampai umur 50 tahun.
B.
Periodesasi
perkembangan yang berdasarkan didaktis
Para
ahli mengelompokannya menjadi :
a.
Johann
Amos Comenilus (Komensky)
Dalam
masa perkembangannya individu pada
umumnya menunjukan sifat-sifat yang serasi dengan jenjang pendidikan tertentu.
Ia membaginya menjadi empat tahap:
1)
Scola
Materna (sekolah ibu) pada usia 0;0 – 6;0, (anak mengembangkan organ tubuh dan
panca indra di bawah asuhan ibu (keluarga)).
2)
Scola
Vermacula (sekolah bahasa ibu) pada usia 6;0 – 12;0 , (anak mengembangkan
pikiran, ingatan, dan perasaannya di sekolah dengan menggunakan bahasa
daerah(bahasa ibu)).
3)
Scola
Latina (sekolah bahasa latin) pada usia 12;0 – 18;0, (anak mengembangkan
potensinya terutama daya intelektualnya dengan bahasa asing).
4)
Academia
(akademi) adalah media pendidikan bagi anak usia 18;0 – 24;0
b.
Jean
Jeaques Russeau
Didalam
bukunya yang terkenal yaitu “Emile eu du I’education” Jean
Jeaques Russeau membagi tahapan perkembangan anak antara lain:
1) Pada usia 0;0 – 2;0
tahun adalah masa asuha
2)
Pada
usia 2;0 – 12;0 tahun adalah masa pentingnya pendidikan jasmani dan alat-alat
indera.
3)
Pada
usia 12;0 – 15;0 tahun adalah masa perkembangan pikiran dan masa juga terbatas
4)
Pada
usia 15;0 – 20;0 tahun adalah masa pentingnya pendidikan serta pembentukan watak,
kesusilaan juga pembinaan mental agama.
Mereka
sebenarnya hampir sama terdapat masa masa dimana anak masih dijaga oleh sang
ibu dengan intensif. Apalagi dalam umur sampai 12 tahun sebenarnya anak memang
sedang belajar bahasa ibu dan meeniru apa yang dikatakan ibu kepadanya dan ini
juga bisa dikaitkan atau dihubungkan denganpelatian panca indra.
Anak
belajar dan memperhatikan gerak maupun suara ibunya tak lain karena menggunakan
panca indra yang anak miliki sehingga mendapat pendidikan yang anak pahami. Dalam
pendidikan agama itu pun termasuk didalamnya pendidikan akademik yang anak
pilahh-pilah dalam proses pencapaian pendidikan watak anak.
C.
perkembangan
yang berdasarkan Psikologis
Pada
pembagian ini para ahli membahas gejala perkembangan jiwa anak, berorientasi
dari sudut pandang psikologis, mereka tidak lagi mendasarkan pada sudut pandang
biologis ataupun didaktis. Gejala psikis dapat dialami oleh hampir semua
orang yang bisa meenjadi batu
loncatan dari masa yang satu ke masa yan
glain dalam proses perkembangan.
1.
Dari
lahir sampai masa kegoncangan pertama, (masa kanak-kanak)
2.
Dari
masa kegoncangan pertama samapai masa kegoncangan kedua, (masa keserasian
bersekolah)
3.
Masa
kegoncangan kedua samapai akhir masa remaja, (masa kematangan), umumnya berumur
21;0 ”Bisa kita lihat dibawah ini”
Para
ahli yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah :
a.
Oswald
Kroh
Kroh
berpendapat bahwa pada dasarnya perkembangan jiwa anak berjalan secara
evolutiv.Dan pada umumnya proses tersebut pada waktu-waktu tertentu mangalami
kegoncangan (aktivitas revolusi), masa kegoncangan ini oleh Kroh disebut ‘Trotz
Periode’,dan biasanya tiap anak akan mengalaminya sebanyak dua kali, yakni
trotz I sekitar usia 3/4 tahun. Trotz II usia 12 tahun bagi putri dan usia 13
tahun bagi laki-laki.
Secara
ringkas dapat digambarkan sebagai berikut :
4.
Dari
lahir hingga trotz periode I disebut sebagai masa anak awal (0;0 – 03;0/04;0)
5.
Dari
Trotz periode I hinga Trotz periode II disebut masa keserasian bersekolah
(03;0/04;0 – 12;0/13;0)
6.
Dari
trotz periode II hingga akhir masa remaja disebut masa kematangan (12;0/13;0 –
21;0)
b.
Charlotte
Buhler
Charlotte
membagi perkembangan anak menjadi 5 (lima) fase, yaitu :
1.
Fase
I (0;0 – 1;0), Pada fase ini perkembangan sikap subyektif menuju obyektif,
2.
Fase
II (1;0 – 4;0), Pada fase ini makin meluasnya hubungan pada benda-benda
sekitarnya, atau mengenal dunia secara subyektif.
3.
Fase
III (40 – 8;0), Pada fase ini individu memasukkan dirinya kedalam masyarakat
secara obyektif, adanya hubungan diri dengan lingkungan sosial dan mulai
menyadari akan kerja,tugas serta prestasi.
4.
Fase
IV (8;0 – 13;0), Pada fase ini mulai munculnya minat ke dunia obyek sampai pada
puncaknya, ia mulai memisahkan diri dari orang lain dan sekitarnya secara sadar
5.
Fase
V (13;0 – 9;0) Pada Fase ini, nulai menemukan diri yakin shyntesa sikap
subyektif dan obyektif.
D.
Gabungan
dar ketiga kelompok oleh PH. Kohnstamm
Ia
menyebutnya pandangan itu secara flectis, walaupun nampaknya lebih berorientasi
pada dasar psikologis, yaitu :
1. 0;0
– 2;0 disebut masa vital
2. 2;0
– 7;0 disebut masa Esthetis
3.
7;0 – 12;0/13;0 disebut masa perkembangan intelektual
4. 12;0/13;0
– 20;0 disebut masa sosial
Pembagian
terakir ini masih dapat diuraikan lagi menjadi :
1.
12;0 –14;0 = Masa Pural
2. 14;0
– 15;0 = Masa prapubertas
3. 15;0
– 18;0 = Masa Pubertas
4. 18;0
– 21;0 = masa adolesen
E.
Tinjauan perkembangan anak global oleh Robert j. Havigurst
Robert
meninjau perkembangan anak global yakni sebagai berikut:
1) 0;0 – 6;0 masa infacy
and early childhood
2) 6;0 – 12;0 masa midle
childhood
3) 12;0 – 18;0 masa
preadolescense and adolescence
4) 18;0 – 35;0 masa early
adulthood yang terbagi atas early adulthood (18;0 – 21;0), adulthood (21;0 –
35;0)
5) 35;0 – 60;0 masa
middle age
6) 60;00 – ke atas masa
later life.
BAB III
PEENUTUP
Kesimpulan:
Dalam
hal ini perkembangan anak sangatlah penting yang terpengaru dari lingkungan
sekitar anak baik berdasarkan biologis, didaktis maupun psikologis. Semua itu
adalah masa perkembangan anak yang perlu kita perhatikan untuk mengetahui perkembangn
anak didik kita kelak maupun anak-anak kita nantinya. Walaupun beerbeda-beda
pendapat atau teori yang para ahli ungkapkan tadi, semua itu hany untuk
mengetahui fase-fsse perkembangan anak.
Perkembangn
anak ada yang bisa diketahui berdasar ondisi fisiknya ada juga bisa dikeetahui
daricara anak menyelesaikan masalah-maslanya.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Ahmad.Psikologi Umum. Bandung.Pustaka
Seetia.1999
Drs.
Zulkifli L, Psikologi Perkembangan. Bandung. Remaja Karya. 1987