Powered By Blogger

Cari Blog Ini

Selasa, 27 November 2012

Doble Stick SMK N 1 PURING KEBUMEN PERGURUAN TRI GUNA SAKTI


MENINGKATNYA RELIGIUSITAS PADA KELUARGA YANG KURANG RELIGIUS


MENINGKATNYA RELIGIUSITAS
 PADA KELUARGA YANG KURANG RELIGIUS

PSIKOLOGI AGAMA
Disusun oleh:
Suprapti Wulaningsih


A.    Pendahuluan
Peningkatan rasa agama yang dialami seseorang dalam kehidupannya di mana terjadi ketidak pedulian agama pada masa kanak-kanan dan religiusitas keluarganya yang kurang religius. Kondisi tersebut sesuai dengan teori transformasi religius dalam buku psikologi dzikir (Subandi, 2009), yang mengatakan bahwa. Pertama, perubahan afiliasi keagamaan di mana seseorang berpindah dari agama satu ke agama lain (Maedow & Kahoe, 1984; Ullman, 1989). Kedua,  peningkatan penghayatan keagamaan orang-orang yang semula tidak peduli agama atau tidak percaya dengan agama (agnostic) menjadi orang yang sangat religius. Ketiga, perubahan atau peningkatan komitmen dan keyakinan beragama dalam konteks agama yang sama (James, 1902; Byrnes, 1984; Ullman, 1988, 1989). Fenomena fransformasi ini sejajar dengan proses perkembangan religius dari kehidupan yang belum matang menuju kearah yang lebih matang.

PSIKOLOGI AGAMA “PSIKOLOGI DAN AGAMA” Oleh Jalaluddin Rahmat


PSIKOLOGI AGAMA
“PSIKOLOGI DAN AGAMA”
Oleh Jalaluddin Rahmat

PSIKOLOGI AGAMA
“Aku telah menemukan rahasia alam semesta dan bertemu dengan arwah pendahulu ilmun sosial dan humaniora. Aku tuliskan diskusiku dengan mereka menjadi kitab sebagai proyek membangun masyarakat baru. Namun tidak tiska ada yang mengikuti jalanku. Aku menderita depereasi berat,sampai ada keinginan untuk bunuh diri. Disaat aku tenggelam dalam perasaan bersalah, aku terkejut mendengan suara ”jadilah pengobat”. Suara itu memberi panggilan hidup dan bangkit sembuh. Aku menimba ilmu di Pascasarjana Jurusan Psikologi, aku belajar pada Shaman dan Dukun India di Ojai.”
            David Lukoff dianggap sebagai ”One Of The Leader Of The New Spiritually Attuned Psikologi”. Dia dan rekannya berusaha memahami jiwa dengan peengalaman spiritual. Tahun 60-an psikosis dianggap perilaku mennyimppang, jiwa sama sekali tidak dibicarakan. Ada tanggapan yaitu “Pandangan Dunia” angkatan pertama psikologi: behaviorisme. Sampai sekitar 1970-an pandangan baku dalam psikiatri yang dianggap skizofrenia dan diakibatkan oleh pengalam masa kecil yang traumatis.
Bersangkutan dengan motif tak  sadar dan terutama seks, inilah angkatan kedua psikologis: psikoanalisis. 20 tahun berikutnya teori-teori psikoanalisis mulai ditinggalkan dan beralih  ke neurokimiawi. Namun pasien meenjadi teerabaikan dalam pengalaman spiritualnya. Sehingga kesembuhannya mengalami hambatan besar.
Suara protes banyak muncul dari para psikiater. Kata Laing, psiosis bukanlah ”breakdown/ kehancuran”, tetapi “breakthrough/ terobosan .” Laing adalah tokoh ankatan ketiga: psikologis humanisti eksistensial, kemudian bermetamorfosis melahirkan angkatan keempat: psikologi trangpersonal.
Perkembangan konsep spiritual dalam psikologis sebagai latar belakang kemunculan konsep kecerdasan (SQ).
BEHAVIORISME
            Inilah aliran ilmu jiwa yang tidak yang tidak peduli pada jiwa dan dimulai dari Pavlov pada akhir abad ke-19. Psikologi adalah sains dan sain hanya berhubungan dengan apa saja yang dapat diamati. Psikologi bukan merupakan ganggua kejiwaan, melainkanperilaku yang menyimpang (maladaptive beehavior) akibat pelaziman (conditioning) yang terus menerus.
            Tahun 1914 seorang mahasiswa Pavlov melaporkan kejadian yang aneh dan luar biasa. Dia telah melazimkan seekor anjing untuk mampu membedakan lingkaran dari elips. Hasilnya ajing tidak dapat membedakan keduanya. Perilaku anjing menjadi berubah menjadi pemberang dan galak, anjing menderita ”neurosis eksperiental” Manusia akan menderita penyakit yang sama bila dia berhadapan dengan situuasi sters yang tidak dapat diatasi. Untuk mengobatinya lakukan saja pelaziman yang baru  yaitu kontrapeelaziaman ”copunterconditional.”
            Perilaku maladtif juga terjadi karena pelaziman yang menimbulakan perasaan negatif, depresi, kecemasan, atau penderitaan. Manusia tidak lagi dipandang sebagai makhluk pasif yang tunduk pada lingkungan. Kini giliran behaviorisme dimodifikasi dalam bentuk psikologi kognitif. Metfora manusia tidak lagi mesin, pengolah informasi dan pemecah maslah namun memperhatikan, menafsirkan, mengolah dan menggunakan informasi.
            Behaviorisme dikritik keras karena, pertama, ia gagal memasukan data dari pengalaman subjektif idividu seperti kesadaran diri yang sangat berarti baginya; kedua, ia gagal menjelaskan dimensi perilaku manusia yang lebih kompleks, seperti cinta, keberanian, keimanan, harapan, dan putus asa; ketiga, ia gagal secara keseluruhan, memahami masalah nilai dan makna dalam eksistensi manusia. Keempat, ia gagal mengatasi masalah pengarahan diri.
Psikoanalisis (Depth Psycology)
            Ini mencari sebab-sebab perilaku manusia pada dinamika jauh pada dirinya, pada alam tak-sadarnya. Sigmun Freud adalah bapak mazab ini,  seorang neorolog yang hidup di Wina akhir abad ke-19. Freu menghipnotis pasiennya untuk mengilangkan gejala-gejala histerisnya dan mengembalikan memori yang terlupakan. Perilaku yang tampak atau tidak tampak disebabkan peristiwa mental sebelunnya.
            Pada masa kanak-kanak, kita dikendalikan sepenuhnya oleh id. Tahap ini berlaku proses berfikiryangdisebut Freud sebagai primary process. Anak tidak dapat membedakan antara yang real dan tidak real serta tidak mampu menekan implus. Jika anak tidak memperoleh botol susunya, dia akan menghisap ibu jarinya. Anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa, ego sudah berkembang. Mereka mengikuti berpikir proses kedua, secondary process thinking. Walaupun tidak memenuhi kebutuhannya. Orang dewasa sesekali berpikir proses pertama, Jika pola berpikir anak-anak ini menguasai orang dewasa terjadilah perilaku abnormal.
Kata Danah Zohar, lebih satu abad kemudian, proses pertama EQ, kedua, IQ dan proses ketiga, SQ. SQ inilah yang menghubungkan rasio dan emosi, pikiran dan tubuh. Super ego hanyalah menyerap nilai-nilai dari orang tua dan masyarakat, sedangkan SQ secara kreatif menciptakan nilai-nilai baru. Psikonoalisis klasik tampak sangat lemah, ia mampu menjelaskan penyakit psikis akibat luka lama dari masa kecil, tetapi bisu ketika menderita karena kekosongan eksistensial dan kebingungan memberikan makna. Menurut freud, tujuan psikoanalisis adalah mengurangi derita neurotis menjadi ketakbahagian yang biasa ”not a particularly inspiring or ennobling goal for human existence” (Cortright, 1997).
            Carl Gustav Jung kecewa dengan tujuan psikoanalisis dan mengecam Freud karena penekanan yang berlebihan pada seksualitas. Psikologi harus membantu manusia untuk menyambungkan dirinya dengan kedua alam tak sadar.Jung menyebut individuation sebagai pengintegrasian the collective unconscious dalam kesadaran individu. The collective unconscious dilanjutkan melalui arketipe (archetypes),bentuk dan cinta universal yang terdapat pada mitos dari berbagai kebudayaan. Sebagaimana insting mengatur tindakan sadar secara teratur dan seragam, arketipe mengatur anggapan sadar secara sistematis dan seragam.
”The colective unconscious membentuk arketipe (bentuk universal), psyche dan mengorganisasikan peengalaman psikologis. Kesehatan psikologis yaitu kemampuan memasukan arketipe memasuki dan memberikan bentuk pwngalaman psikologis dari pikiran, perasaan, dan tindakan kita. Derita dan tekanan psikologis muncul karena hanya mampu menganilisis beberapa arketipe hingga dapat membatasi jati diri dan perasaan. Kekayaan pengalaman dari perasaan, kreatifitas, spontanitas kehidupan tidak dapat merasuk dalam dirinya. Pusat arketipe psyche adalah the self (diri).
Jung percaya the self diketahui diketahui secara tidak langsung, dengan pengarahan dan bimbingan melalui simbol mimpi dan citra. Ketika psyche mengalami individuasi bergerak, citra mitos, dan simbolis yang baru muncul pada ego. Reorganisasi terjadi pada ego sadar dan kedalaman artikepal.”
”Menuurut Jung, ego berkembang pada paro pertama dan mulai merasaterasingkan pada usia 35-45 tahun. Separo kehidupan kedua perhatian berpudat pada batin dan muncul hal baru pada paro kehidupan pertama. Akibat tidak mau mendengar gerakan batiniah akan berdampak pada psikis, kekosongan dan alienasi.” Pembagian kehidupan pada dua paro pagi dan petang. Tahap pertama, pre egoic yaitu masa pra oedipus ketika ego dikuasai the collective unconscious. Tahap kedua, pada pagi hari kehidupan, ego dewasa melepas diri. Tahap ketiga, pada sore hari kehidupan, ego kuat kembali ke the collective unconscious.
“Kehidupan spiritual itu kehidupan memilih jalan hidup yang melintasi konvensi-konvensi sosial, moral, religius, politis dan filosofis. ’Anak-anak yang sejati’ Tuhan adalah berani melanggar konvensi dan mengambil ’jalan curam dan sempit’ menuju dunia yang tak diketahui. Menurut Jung ini disebut ’vactory’ berpisah dengan kelompok dan mengorbankan siri untuk memenuhi ’panggilan’. Mentaati hukum dan mendengar bisikan ruhnya yang terdalam his inner spirit (Fuller,1994, h. 104).” Dia akan mengalami neeurosis dan terlambat perkembangan kesadarannya jika tidak mau mendengar suara batinnya.
Ferud menulis surat kepada Jung yang berkonsep sinkroniotisi,  dengan menyatakan bahwa pengalaman spiritual itu tidak penting. Jung malah menjadi populer dengan kehadiran psikolosi transpersonal.
PSIKOLOGI HUMANISTIS
            Ini muncul pada peertengahan abad ke-20, sebagai reaksi terhadap behaviorisme dan psikonalisis. Karena dianggap manusia sebagai mesin (mahluk yang rendah). Perintisnyya adalah Abraham Maslow,”dengan sedikit menyederhanakan, kita dapat menyatakan bahwa Freud seakan-akan memasok kita dengan separo psikologi yang sedikit, dan kita sekarang harus mengisi dengan separo lainnya yang sehat” (Maslow 1968). Alih-alih dia meeneliti manusia yang sakit agar tetap termotifasi di dalam kehidupan, dalam situasi dan kondisi apapun. Pengalaman Viktor Frankl pada perang duni ke-2 di dalam kamp konsentrasi Nasi banyak pengalaman dan mendengar keluhan dari tahanan. ”Mengapa semua ini bisa terjadi padaku? Mengapa aku harus menanggung derita ini?”
Ada pula yang berpikir, ”Apa yang harus ku lakukan dalam situasi mencekam seperti ini?”. ini umumnya berakhir dengan kematian atau berhasil lolos dari lubang jarum kematian. Hal yang membedakan keduanya adalah kebebasan memilih makna. Frank menentang Freud ketiaka dia menganggap dimensi spiritual manusia sebagai percampuran dari insting hewani. Dengan landasan fenomenologis, Frankl membantah keduanya menjelaskan perilaku manusia akibat proses fisikis biasa dia mengembangkan teknik fsikoterapi yang di sebut logoterapi (logos = makna). Logoterapi memandang manusia sebagai keseluruhan dari tiga dimensi : fisik, fsikologis, dan spiritual.
”Dimensi spiritual di sebut Frank sebagai  NOOS, yang mengandung semua sifat manusia seperti keinginan, imajinasi, keimanan dll. Di dalamnya terkandung kekuatan untuk melangkah keluar dan memandang diri kita dan transendensi diri. Dalam dunia spirit kita adalah pemandu, pengambil keputusan. Reserfoir kesehatan ada pada setiap orang apapun agama dan keyakinannya. Ada beberapa teknik untuk mengungkap makna, tetapi ada lima situasi ketika makna terbesit di luar dan mengubah jalan hidup kitagar tersusun dengan baik lagi.
Pertama, makna kita temukan ketika kita menemukan diri kita (self discovery). Kedua, makna itu muncul ketika ketika kita menentukan pilihan. Ketiga, makna ditemukan ketika kita merasa istimewa, unik, dan tak tergantikan, oleh orang lain. Keempat, makna terbesit dalam tanggung jawab. Kelima, makna muncul ketika situasi transendensi/ pengalaman spiritual ”pengalaman yang membawa kita ke luar dunia fisik, kel luar pengalaman kita yang biasa keluar suka dan duka kita, ke konteks yang lebig luas”, penggabungan dari yang keempat.
Dengan cepat melewati Maslow, yang menyebut pengalaman ini sebagai peak experience atau plateau, kita meloncat pada angkatan keempat.
PSIKOLOGI TRANSPERSONAL
Menurut Maslow, pengalaman keagamaan adalah peak experience, plateau, dan farthest reaches of human nature, sehingga psikologi dianggap belum sempurna.
Dia menulis, “I should say also that consider Humanistic, Third Force Psycology, a transpersonal, dll. Ini hanya melanjutkan pemikiran Jung dan Frankl, yang berusha menggabungka tedisi psikologi dengan trasisi agama-agama besar di dunia.. William James mempengaruhi pemikiran Jung. Psikologi ini mengajarkanpraktik-praktik guna mengantarkan manusia pada kesadaran spiritual, diatas id, ego, dan superego Freud.
 Agama-agama membahas spiritual yang luas, psikologi belum memadai sampai hal seperti itu. Cortright (1997, h. 9) menulis, satu sisi atau sisitem keluarga, interaksi ibu-anak, dan pengalaman masa kecil pada sisi yang lain  tidak ada penjelasan apapun, yang memperhitungkan hanya peenampakan luar dari masalah nature (tabiat), dan nurture (lingkungan )dapat memberikan jawaban yang memuaskan padamasalah fundamental kehidupan. Hanya memandang ke dimensi spiritual, memasukan dan mentransendenkan warisan dan lingkungan, kita dapat menemukan jawaban yang tepat untuk masalah eksistensi manusia.”
Psikologi mulai mengarah ke dimensi spiritul manusia ketika buku Journal of T ranspersonal Pycology terbit 1969. Penelitian dilakukan untuk memahami gejala-gejala ruhaniah, seperti peak experience, pengalaman mistis, aktualaisasi transpersonal, pengalaman spiritual, seelanjutnya kecerdsan spiritual. Zohar mendedinisikan kecerdasan spiritual ”kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yang berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar. Inilah kecerdasan spiritual yang kita gunakan bukan hanya untuk mengetahui nilai-nilai yang ada, melainkan juga untuk secara kreatif menemukan nilai-nilai baru.”
Menurut Sinetar, ”Kecerdan spiritualpikiran yang mendapat inspirasi, dorongan efektifitas yang terinspirasi, the is-ness atau pengahayatan ketuhanan yang di dalamnya kita semua menjadi bagian”. Sementara menurut Khalil Khavari, ”ialah fakulatas dari dimensi nonmaterial kita (ruh manusia), sementara itu kemampuan spiritul perlu ditingkan ataun diasah”.

                                                           KESIMPULAN
David Lukoff menceritakan pengalan spiritualanya itu sehingga belajar dan bergelut dalam psikologi sampai dianggap sebagai ”One of the leader of the new spiritually attuned psycology” 1999. Ada beberapa aliran ilmu jiwa yang muncul, diantaranya:
1.      Behaviorisme
Psikologis buka ilmu kejiwaa, melainkan perilaku yang menyimpang (maladaptive behavior) akibat pelaziman (conditioning) yang terus-menerus. Namun manusia seharusnya tidak dipandang sebagai mahluk pasif, yang tunduk sepenuhnya pada lingkugan. Dia tidak lagi diaggap lilin yang bisa seenaknya dibentuk oleh stimulus-stimmulus. Manusia tidak lagi mesin, tetapi pengolah informasi dan pemecah masalah. Behaviorisme hanya berlaku untuk sebagian kecil penyakit mental.
Behaviorisme dikritik keras karena, pertama, ia gagal memasukan data dari pengalaman subjektif idividu seperti kesadaran diri yang sangat berarti baginya; kedua, ia gagal menjelaskan dimensi perilaku manusia yang lebih kompleks, seperti cinta, keberanian, keimanan, harapan, dan putus asa; ketiga, ia gagal secara keseluruhan, memahami masalah nilai dan makna dalam eksistensi manusia. Keempat, ia gagal mengatasi masalah pengarahan diri.
2.      Psikoanalisis
Ini mencari sebab-sebab perilaku manusia pada dinamika jauh pada dirinya, pada alam tak-sadarnya. Sigmun Freud adalah bapak mazab ini. Menurut freud, tujuan psikoanalisis adalah mengurangi derita neurotis menjadi ketakbahagian yang biasa ”not a particularly inspiring or ennobling goal for human existence” (Cortright, 1997).
Ferud menulis surat kepada Jung yang berkonsep sinkroniotisi,  dengan menyatakan bahwa pengalaman spiritual itu tidak penting. Jung malah menjadi populer dengan kehadiran psikolosi transpersonal.
3.      Psikologi Humanistis
Ini muncul pada peertengahan abad ke-20, sebagai reaksi terhadap behaviorisme dan psikonalisis. Karena dianggap manusia sebagai mesin (mahluk yang rendah). Perintisnyya adalah Abraham Maslow,”dengan sedikit menyederhanakan, kita dapat menyatakan bahwa Freud seakan-akan memasok kita dengan separo psikologi yang sedikit, dan kita sekarang harus mengisi dengan separo lainnya yang sehat” (Maslow 1968).
Ada beberapa teknik untuk mengungkap makna, tetapi ada lima situasi ketika makna terbesit di luar dan mengubah jalan hidup kitagar tersusun dengan baik lagi.
Pertama, makna kita temukan ketika kita menemukan diri kita (self discovery). Kedua, makna itu muncul ketika ketika kita menentukan pilihan. Ketiga, makna ditemukan ketika kita merasa istimewa, unik, dan tak tergantikan, oleh orang lain. Keempat, makna terbesit dalam tanggung jawab. Kelima, makna muncul ketika situasi transendensi/ pengalaman spiritual ”pengalaman yang membawa kita ke luar dunia fisik, kel luar pengalaman kita yang biasa keluar suka dan duka kita, ke konteks yang lebig luas”.
4.      Psikologi Transpersonal
Menurut Maslow, pengalaman keagamaan adalah peak experience, plateau, dan farthest reaches of human nature, sehingga psikologi dianggap belum sempurna. Psikologi ini mengajarkanpraktik-praktik guna mengantarkan manusia pada kesadaran spiritual, diatas id, ego, dan superego Freud.

DOBLE STICK TRI GUNA SAKTI


Psikologi dan periodesasi Perkembangan


BAB I
PENDAHULUAN
            A.    Latar Belakang
Perkembangan adalah perubahan kearah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Perkembangan memiliki sifat holistik (menyeluruh/kompleks) yaitu : terdiri dari berbagai aspek baik fisik ataupun psikis, terjadi dalam beberapa tahap (saling berkesinambungan), ada variasi individu dan memiliki prinsip keserasian dan keseimbangan.
Perkembangan Individu memiliki beberapa prinsip-prinsip yaitu: Never ending process (perkembangan tidak akan pernah berhenti). Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi (aspek emosional, aspek disiplin, aspek agama dan aspek sosial). Perkembnagan mengikuti pola/arah tertentu (karena perkembangan individu dapat terjadi perubahan perilaku yang dapat dipertahankan atau bahkan ditinggalkan)
Perkembangan merupakan proses yang tidak akan berhenti dan setiap perkembangan memiliki tahapan tahapan yaitu : tahap dikenangkan, tahap kandungan, tahap anak, tahap remaja, tahap dewasa, dan tahap lansia, ada juga yang menggunakan patokan umur yang dapat pula digolongkan dalam masa intraterin, masa bayi, masa anak sekolah, masa remaja dan masa adonelen yang lebih lanjut akan disebut dengan periodesasi perkembangan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Pengertian perkembangan
2.      Periodisasi Perkembangan
3.      Kesimpulan
C.    Tujuan
1.    Mengetahui definisi Psikologi Perkembangan.
2.    Mengetahui periodisasi perkembangan yang dari para ahli.
3.    Mengetahui rumusan masalah
4.    Memenuhi tugas individu pada mata kuliah Pikoliogi Perkembangan.
BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian
Psikologi berasal dari kata Yunani “ Psyche” yang artinya jiwa,dan” logos’ yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etomologi ( menurut arti kata ) Pskilogi artinya Ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik macam – macam gejalanya , prosesnya maupun latar belakangnya. Perkembangan adalah peunculan hal yang baru dengan adanya sifat-sifat yang baru yang berbeda dari yang lain.
Psikologi perkembangan adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam perkembangan psikis manusia dari masa bayi sampai masa tua. Masa-masa pekembangan diantaranya adalah masa bayi, masa anak-kanak, masa sekolah, masa remaja, masa dewasa. Ada ahli psikologi yang mengemuukakan tetang adanya masa sebelum lahir.
Profesor Arthur T. Jersild dalam bukunya, Child Psikology, 1962, mengemukakan bahwa adanya masa mengandung dan masa melahirkan dalam psikologi:

a.      Masa mengandung
Masa mengandung yang dialami wanita yaitu calon ibu mrngalami masalah yang bersifat khusus dalam kaitanya dengan pola atau cara hidupnya. Pengalaman ibu pada masa hhamil sangatlah menegangkan dan mendebarkan. Kondisi keuangan yng kurang memadai berpengaruh dalam kondisi kehamilan.
Dalam lingkungan kebudayaan, kepercayaan tahayul memang masih seangat erat kaitannya dengan masa mengandung. Walaupun tahayul yang kita tau adalah ahal yang tidak mempunyai dasar, namun ironisnya kita tidak bisa menepis hal-hal yang bersifat tahayul. Hal-hal yang sering kita dengan dan lihat seperti keinginan seorang ibu hamil yang meminta hal-hal yang aneh dan yang kurang masuk akal.
Oarn tua mempunyai antisipasi dalam hal ini dengan selalu memberi nasihat kepada calon ayah dan ibu, misalkan jangan berbuat jahat kepada mahluk lain walupun sekecil apapun. Biasanya kegemaran menyiksa binatang selalu dihubung-hubungkan dengan kelahiran bayi yang cacat, padahal itu bukanlah alasan yang sebenarnya.

b.      Masa Kelahiran
Kelahiran bisa diarikan sebagai kelaahiran dan kedatangnya seorang bayi di tengah-tengah sebuah keluarga yang sebelumnya berada dalam kandungan ibu. Kita tahu seorang bayi lahir dengan kondisi yang lemah tiada berdaya dan membutuhkan belas kasihan dari orang lain. Selama 24 jan bayi belum membutuhkan makanan, namun untuk bayi yang sehat beberapa jam setelah lahir seolah siap menerima makanan yang akan diberikan kepadanya.
Lester D. Crow dalam bukunya Human Development and Learning, 1956, mengemukakan tiga proses dalam perkembangan yaitu:
1)      Childood yaitu masa yang mencakup masa mengandung, masa kelahiran, masa bayi, masa anak-anak, masa anak sekolah.
2)      Maturity yaitu masa proses perkembangan dalam proses kematangan sebelum memasuki masa kedewasaan.
3)      Adulthoot yaitu mencakup masa mencari lapangan pekerjaan, masa berpacaran, kemudian masa berumah tangga setelah itu menjadi orang tua.[1]

2.      Periodisasi Perkembangan
Selama perkembangannya, penglaman belajar haruuuslah sesuai dengan sesuai dengan perkembangannya. Tidak mungkin anak usia sekolah dasar diberi materi yang diberikan kepada mahasiswa, jadi seemuanya itu harus tepat. Para ahli banyak yang berbeda pendapan tentang periodisasi perkembangan. Pendapat ini mempunyai gairis besarnya, yaitu:
a.       Berdasar biologis
b.      Berdasar didaktis/ instruksional
c.       Berdasar psikologis
Perbedaan ini dilakukan agar anggapan yang paling menentukan mengenai dasar-dasar yang ada.

A.    Tahap Perkembangn berdasar Biologis
1.      Aristoteles
Aristoteles merumuskan perkembangan anak dengan 3 (tiga) fase perkembangan yakni:
1)      Fase I        : 0;0 –7;0 disebut masa anak kecil dan kegiatannya hanya bermain.
2)      Fase II       : 7;0 –14;0 disebut masa anak/ masa sekolah dan  kegiatannya
  mulai belajar di sekolah dasar.
3)      Fase III     : 14;0 – 21;0 disebut dengan masa remaja atau pubertas, masa ini adalah masa peralihan dari anak menjadi dewasa.
Aristoteles menyebutkan pada periodesasi ini disebut sebagai periodesasi yang berdasarkanpada biologis karena antara fase I dengan fase ke II itu ditandai dengan adanya pergantian gigi, sedangkan antara fase ke II dengan fase ke III ditandai dengan mulai bekerjanya organ kelengkapan kelamin.
Pada fase pertama anak kecil sangat terjerat dalam masa-masa bermain yang tidak bisa mereka hindari dan patut kita tau. Anak kecil akan merasa terganggu dan marah bila mainan meereka kita rebut. Pada fase berikutnya adalah fase setelah masa anak kecil, di sini anak cenderung dalam masa belajar atau dalam masa sekolah rendah. Melonjak ke fase setelah masa anak, tinggallah masa-masa yang sedang bergejolak yaitu masa pubertas dari anak menuju dewasa dalam lingkup biologisnya.

2.      Kretschmer
Kretschmer membagi perkembangan anak menjadi 4 (empat) fase, yaitu:
a.       Tahap I : 0;0 – 3;0. Keadaan anak bertubuh  pendek, gemuk, bersikap terbuka, mudah bergaul dan mudah didekati.( Fullungs periode I)
b.      Tahap II : 3;0 – 7;0. Badan anak tampak langsing, sikap anak cenderung tertutup, sukar bergaul dan sulit didekati. (Strecungs periode I)
c.       Tahap III : 7;0 –13;0. Fisik anak kembali menggemuk. (Fullungs periode II)
d.      Tahap IV : 13;0 – 20;0. Fisik anak kembali langsing. (Streckungs periode II)
Dapat terlihat dalam perkembangan anak tahap I, perubahan biologis baik dari tubuh yang pendek, badan yang gemuk, dan sebagainya. berbeda dengan tahap II, anak malah berbadan langsing apalagi dalam pergaulan sangat sulit menerima teman. Ini menjadikan anak sulit bersosialisasi dengan lingkungan sekitar teermasuk teman-temannya. Pada tahap III, anak badannya terlihat menggemuk namun pada tahap IV justru lengsing kembali, kondisi tubuh yang stabil.

3.      Sigmund Freud
Freued membagi perkembangan anak menjadi 6 (enam) fase perkembangan yakni:
a.       Fase Oral : 0;0 – 1;0. Mulut merupakan central pokok keaktifan yang dinamis,
b.      Fase Anal : 1;0 – 3;0 Dorongan dan tahanan berpusat pada alat pembuangan kotoran.
c.       Fase Falis: 3;0 – 5;0. Alat-alat kelamin merupakandaerah organ paling perasan,
d.      Fase Latent : 5;0 – 12/13;0 Impuls-impuls cenderung berdada pada kondisi tertekan
e.       Fase Pubertas : 12/13;0 – 20;0 Impuls-impuls kembali menonjol. Kegiatan ini jika dapat disublimasikan maka seorang anak akan sampai pada fase kematangan,
f.       Fase Genitala 20 ke atas, Seseorang telah sampai pada fase dewasa.
Anak kisaran umur sampai 5 tahun melewati fase yang terdiferensiasikan secara dinamik, kemudian beerkisar umur 12 meengalami fase laten yang ditandai dengan pubertas barulah akan semakin dewasa pada umur 20. Namun menurut Freud masa yang menentukan kepribadian adalah dari umur 20 sampai umur 50 tahun.
B.      Periodesasi perkembangan yang berdasarkan didaktis
Para ahli mengelompokannya menjadi :
a.      Johann Amos Comenilus (Komensky)
Dalam masa perkembangannya  individu pada umumnya menunjukan sifat-sifat yang serasi dengan jenjang pendidikan tertentu. Ia membaginya menjadi empat tahap:
1)      Scola Materna (sekolah ibu) pada usia 0;0 – 6;0, (anak mengembangkan organ tubuh dan panca indra di bawah asuhan ibu (keluarga)).
2)      Scola Vermacula (sekolah bahasa ibu) pada usia 6;0 – 12;0 , (anak mengembangkan pikiran, ingatan, dan perasaannya di sekolah dengan menggunakan bahasa daerah(bahasa ibu)).
3)      Scola Latina (sekolah bahasa latin) pada usia 12;0 – 18;0, (anak mengembangkan potensinya terutama daya intelektualnya dengan bahasa asing).
4)      Academia (akademi) adalah media pendidikan bagi anak usia 18;0 – 24;0

b.      Jean Jeaques Russeau
Didalam bukunya yang terkenal yaitu “Emile eu du I’education” Jean Jeaques Russeau membagi tahapan perkembangan anak antara lain:
1)      Pada usia 0;0 – 2;0 tahun adalah masa asuha
2)      Pada usia 2;0 – 12;0 tahun adalah masa pentingnya pendidikan jasmani dan alat-alat indera.
3)      Pada usia 12;0 – 15;0 tahun adalah masa perkembangan pikiran dan masa juga terbatas
4)      Pada usia 15;0 – 20;0 tahun adalah masa pentingnya pendidikan serta pembentukan watak, kesusilaan juga pembinaan mental agama.
Mereka sebenarnya hampir sama terdapat masa masa dimana anak masih dijaga oleh sang ibu dengan intensif. Apalagi dalam umur sampai 12 tahun sebenarnya anak memang sedang belajar bahasa ibu dan meeniru apa yang dikatakan ibu kepadanya dan ini juga bisa dikaitkan atau dihubungkan denganpelatian panca indra.
Anak belajar dan memperhatikan gerak maupun suara ibunya tak lain karena menggunakan panca indra yang anak miliki sehingga mendapat pendidikan yang anak pahami. Dalam pendidikan agama itu pun termasuk didalamnya pendidikan akademik yang anak pilahh-pilah dalam proses pencapaian pendidikan watak anak.



C.    perkembangan yang berdasarkan Psikologis
Pada pembagian ini para ahli membahas gejala perkembangan jiwa anak, berorientasi dari sudut pandang psikologis, mereka tidak lagi mendasarkan pada sudut pandang biologis ataupun didaktis. Gejala psikis dapat dialami oleh hampir semua orang  yang bisa meenjadi batu loncatan  dari masa yang satu ke masa yan glain dalam proses perkembangan.
1.      Dari lahir sampai masa kegoncangan pertama, (masa kanak-kanak)
2.      Dari masa kegoncangan pertama samapai masa kegoncangan kedua, (masa keserasian bersekolah)
3.      Masa kegoncangan kedua samapai akhir masa remaja, (masa kematangan), umumnya berumur 21;0 ”Bisa kita lihat dibawah ini”
Para ahli yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah :

a.       Oswald Kroh
Kroh berpendapat bahwa pada dasarnya perkembangan jiwa anak berjalan secara evolutiv.Dan pada umumnya proses tersebut pada waktu-waktu tertentu mangalami kegoncangan (aktivitas revolusi), masa kegoncangan ini oleh Kroh disebut ‘Trotz Periode’,dan biasanya tiap anak akan mengalaminya sebanyak dua kali, yakni trotz I sekitar usia 3/4 tahun. Trotz II usia 12 tahun bagi putri dan usia 13 tahun bagi laki-laki.
Secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut :
4.      Dari lahir hingga trotz periode I disebut sebagai masa anak awal (0;0 – 03;0/04;0)
5.      Dari Trotz periode I hinga Trotz periode II disebut masa keserasian bersekolah (03;0/04;0 – 12;0/13;0)
6.      Dari trotz periode II hingga akhir masa remaja disebut masa kematangan (12;0/13;0 – 21;0)

b.      Charlotte Buhler
Charlotte membagi perkembangan anak menjadi 5 (lima) fase, yaitu :
1.      Fase I (0;0 – 1;0), Pada fase ini perkembangan sikap subyektif menuju obyektif,
2.      Fase II (1;0 – 4;0), Pada fase ini makin meluasnya hubungan pada benda-benda sekitarnya, atau mengenal dunia secara subyektif.
3.      Fase III (40 – 8;0), Pada fase ini individu memasukkan dirinya kedalam masyarakat secara obyektif, adanya hubungan diri dengan lingkungan sosial dan mulai menyadari akan kerja,tugas serta prestasi.
4.      Fase IV (8;0 – 13;0), Pada fase ini mulai munculnya minat ke dunia obyek sampai pada puncaknya, ia mulai memisahkan diri dari orang lain dan sekitarnya secara sadar
5.      Fase V (13;0 – 9;0) Pada Fase ini, nulai menemukan diri yakin shyntesa sikap subyektif dan obyektif.

D.    Gabungan dar ketiga kelompok oleh PH. Kohnstamm
Ia menyebutnya pandangan itu secara flectis, walaupun nampaknya lebih berorientasi pada dasar psikologis, yaitu :
1. 0;0 – 2;0 disebut masa vital
2. 2;0 – 7;0 disebut masa Esthetis
3. 7;0 – 12;0/13;0 disebut masa perkembangan intelektual
4. 12;0/13;0 – 20;0 disebut masa sosial
Pembagian terakir ini masih dapat diuraikan lagi menjadi :
1. 12;0 –14;0 = Masa Pural
2. 14;0 – 15;0 = Masa prapubertas
3. 15;0 – 18;0 = Masa Pubertas
4. 18;0 – 21;0 = masa adolesen

E. Tinjauan perkembangan anak global oleh Robert j. Havigurst
Robert meninjau perkembangan anak global yakni sebagai berikut:
1)      0;0 – 6;0 masa infacy and early childhood
2)      6;0 – 12;0 masa midle childhood
3)      12;0 – 18;0 masa preadolescense and adolescence
4)      18;0 – 35;0 masa early adulthood yang terbagi atas early adulthood (18;0 – 21;0), adulthood (21;0 – 35;0)
5)       35;0 – 60;0 masa middle age
6)      60;00 – ke atas masa later life.


























BAB III
PEENUTUP
Kesimpulan:
Dalam hal ini perkembangan anak sangatlah penting yang terpengaru dari lingkungan sekitar anak baik berdasarkan biologis, didaktis maupun psikologis. Semua itu adalah masa perkembangan anak yang perlu kita perhatikan untuk mengetahui perkembangn anak didik kita kelak maupun anak-anak kita nantinya. Walaupun beerbeda-beda pendapat atau teori yang para ahli ungkapkan tadi, semua itu hany untuk mengetahui fase-fsse perkembangan anak.
Perkembangn anak ada yang bisa diketahui berdasar ondisi fisiknya ada juga bisa dikeetahui daricara anak menyelesaikan masalah-maslanya.



DAFTAR PUSTAKA


            Fauzi, Ahmad.Psikologi Umum. Bandung.Pustaka Seetia.1999
Drs. Zulkifli L, Psikologi Perkembangan. Bandung. Remaja Karya. 1987


[1] Drs. Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, Remaja Karya, Bandung 1987, hlm. 8

Daftar Blog Saya